Pengalaman Pertama Kali Pakai Menstrual Cup


Pengalaman pertama kali pakai menstrual cup, sebelum cerita panjang lebar, aku mau disclaimer dulu kalo cerita ini murni pengalaman ku sendiri dan tak berniat menyudutkan/menjelekkan pendapat atau pihak manapun yang terkait dengan postingan ini. Semuanya kembali lagi ke perspektif masing-masing.

Menstrual cup, apa itu?

Dikutip dari alodokter.com, Menstrual cup adalah produk pengganti pembalut yang berbentuk corong dan terbuat dari karet atau silikon. Berbeda dengan pads atau tampon, menstrual cup hanya berfungsi menampung darah menstruasi, bukan menyerapnya.


sumber: halodoc.com


Alasan ingin mencoba menstrual cup 

        Karena aku ingin menerapkan gaya hidup peduli lingkungani. Salah satunya dengan mengurangi sampah pembalut dan beralih ke menstrual cup. Dulu aku masih takut mencoba, karena belum pernah sama sekali memasukkan benda asing ke bagian ‘itu’. Dan begitu sudah menikah, aku tidak akan menunda lagi untuk mencoba menstrual cup.

       Review dari beberapa produk menstrual cup yang beredar di marketplace pun ku cari. Standar ku, jangan terlalu murah (aku takut kualitasnya buruk) tapi juga jangan terlalu mahal (tentu saja karena menyesuaikan isi kantong hehe). Akhirnya, pilihan ku jatuh pada menstrual cup harga 180 ribuan. Review pembelinya juga bagus.


Hari pertama

        Aku mencobanya setelah mandi dengan posisi setengah jongkok, aku melipat menstrual cup ini dengan teknik seven fold. Masuknya lumayan mudah, karena aku sendiri memasangnya dengan relax dan yakin. Benar-benar keyakinan dan relax adalah kunci, karena kalau ragu-ragu dan nggak relax malah jadi susah masuk. Dirasa udah masuk dan terbuka di dalam, aku pun memulai hari dengan riang. Hahaha apaan dah.

sumber: sehatq.com

Tapi baru istirahat makan siang, aku merasa lembab, segera aku lari ke kamar mandi. Benar saja, si ‘tamu bulanan’ bocor sedikit. Aku pun mengecek mens cup, siapa tau penuh. Kan hari pertama.

Saat mencoba mengeluarkan menscup untuk pertama kali, sangat tricky. Rasanya miss v seperti divakum kemudian ditarik keluar. Tidak nyaman sekali. Setelah berhasil keluar, ku lihat isi menscupnya tidak penuh. Bahkan sampai setengahnya pun tidak. Rupanya cara ku menempatkan mens cup tadi yang tidak tepat. Aku pun memperbaiki letaknya kembali dan melanjutkan aktivitas.

Setelah drama menscup bocor. Aku tidak merasakan apa-apa lagi, selain merasa kurang nyaman dengan tangkai ujung bawah menscup yang berfungsi untuk menarik menscup keluar ini. Rasanya seperti ada yang mengganjal. Aku pun inisiatif untuk memotongnya. Oh iya, aku juga mencari cara yang tepat untuk mengeluarkan mens cup supaya tidak sakit. Hari pertama pun berlalu dengan banyak pengetahuan.


Hari kedua

       Udah mulai terbiasa, meskipun sedikit tricky dengan proses melepaskan dan memasukkan si menscup. Selain itu, masih merasa kurang nyaman juga dengan ujung menscup :(


sumber: lifestyle.kompas.com


Hari ketiga

        Yeay, aku sudah terbiasa dengan mens cup, menurut ku ini praktis. Hanya saja, saat duduk aku masih kurang nyaman dengan ujung tangkainya, padahal sudah ku potong. Rasanya seperti ujung tangkai itu masih menonjol keluar, padahal pas di cek tidak ada. Aku sampai bolak-balik kamar mandi untuk memastikan lagi posisinya.


Hari keempat

        Selama masa menstruasi dengan light flow, aku full siang-malam pakai mens cup dan dilepas hanya saat mandi. Tapi sore itu, ketika aku melepas mens cup. Rasanya plong sekali. Sebelumnya aku merasa seperti panas dan gatal di pintu masuk miss v.

      Jujur, beberaoa hari ini aku terganggu dengan ujung menscup. Padahal ujungnya sudah ku potong sedemikian rupa. Jika ku potong lagi, akan makin susah untuk ku mengeluarkan si menscup.


Aku ingin kembali

        4 hari penuh bersama mens cup memberi ku pengalaman baru. Di satu sisi, aku merasa nyaman karena praktis dan nggak merasa lembab lagi tapi di sisi lain jika terus ku pakai, aku malah merasakan reaksi seperti alergi. Dilema.

     Tapi aku nggak berani mengambil resiko. Dengan sangat terpaksa, mulai hari ini aku kembali beralih ke pembalut. Setidaknya meskipun lembab, aku tidak merasakan sensasi gatal dan panas seperti ini huhuhu. *efek jera ceritanya*


Pada akhirnya…

        Dari semua yang telah ku alami, sesuatu yang cocok bagi orang lain belum tentu cocok untuk diri sendiri. Tapi nggak apa-apa karena aku sudah mencoba.

     Buat kalian yang masih parno pakai menstrual cup karena membaca cerita ini, jangan diambil patokan tok juga ya. Reaksi tubuh setiap orang dalam merespon sesuatu pasti berbeda dan cocok-cocokan.

    Cerita ku ini hanya sebagai referensi, kalau ada loh ternyata orang yang nggak cocok pakai menscup. Di media lain, saat aku mencari referensi juga, banyak sekali orang yang cocok pakai menscup. Malah mereka jadi lebih baik dan terbantu dengan menscup. So, bijaklah dalam mengambil sikap gaes.

Liburan Singkat di Banjarbaru

Beberapa waktu lalu, aku menghabiskan waktu cuti untuk liburan ke luar kota. Tidak jauh-jauh, hanya di Banjarbaru. Sebetulnya agenda utamanya cuma pengen nonton Dr. Strange: Multiverse of Madness, tapi sayang juga sudah jauh-jauh kesini masa cuma ke bioskop. Lagipula masih ada waktu 3 hari.

Karena persiapan liburan ini dadakan, kami tidak sempat menyusun itinerary dengan baik dan terorganisir. Kalo kata suami, "yang penting nonton Dr. Strange, sisanya serahkan sama teman ku yang ngekos disana."


Aku pun oke-oke aja. Anak kuliahan kan pasti punya banyak referensi tempat wisata, pikir ku.


Hari pertama, tentu saja dihabiskan dengan perjalanan yang memakan waktu hampir 5 jam dengan kendaraan roda dua dari Tanjung. Itu pun kami berangkat pagi-pagi buta, supaya pas jalanan lengang agar lekas sampai. Malamnya kami nonton di bioskop, sesuai rencana awal.

    

Selesai nonton, aku membuka percakapan tentang rencana perjalanan selama beberapa hari ke depan ke teman suami. Tapi jawabannya membuatku sedikit panik, "kalo tempat wisata aku kurang tahu, jarang jalan soalnya. Kalo kalian maunya kulineran enak tapi hemat, ayok lah sama aku."


Deg! Aku langsung bertatapan dengan suami. Seolah sepemikiran, jadi besok kita mau kemana?


Sesampainya di hotel tempat kami menginap, aku langsung searching di internet. Sat set sat set, ketemu beberapa referensi tempat wisata. Jaringan disini lancar jaya pula karena pakai IndiHome. Akhirnya aku bisa bernafas lega.


Biar nggak kayak aku, berikut aku rekomendasikan tempat bagus yang aku kunjungi pas di Banjarbaru kemaren.


  1. Amanah Borneo Park

Salah satu tempat wisata dan edukasi yang cocok untuk semua kalangan, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Wahana disini juga banyak, antara lain rumah terbalik, sepeda air, splash park, kids playground, rumah hobbit & rumah penyihir, taman kelinci, amanah trick art museum, area pemancingan, flying fox, sepeda udara, refleksi ikan, feeding fish, petik buah, ATV, jembatan goyang dsb. Selain itu tempat ini sangat luas gaes, tapi tenang aja ada kereta wisata yang siap ngajak kalian berkeliling.


Rumah hobbit di Amanah Borneo Park (dok. pribadi)

Penunjuk arah di Amanah Borneo Park (dok. pribadi)

Amanah Trick Art Museum (dok. pribadi)

Biaya masuknya Rp. 85.000,- per orang dan kalian bebas menikmati semua wahana yang ada (kecuali ATV & sewa alat pancing akan dikenai biaya tambahan).


Eits, kalo ngerasa segitu kemahalan, ada promo kok buat yang reservasi online di websitenya. Aku kemaren cuma bayar Rp. 69.000,- per orang di reservasi online. Praktis banget, begitu datang tinggal registrasi dan dikasih gelang tanda pengunjung.


Disini juga ada tempat jajan cemilan dan makanan berat, jadi jangan khawatir kelaperan atau kehausan yaa. Udah lengkap disediain pokoknya.


Saran ku, kalo mau kesini jangan pas siang menjelang sore gitu, biar semua wahananya bisa didatengin. Sayang juga kan, masa baru dateng tempatnya udah mau tutup aja hehehe. Oh iya, jam operasional Amanah Borneo Park dari pukul 09.00-17.00 WITA.


  1. Waduk Riam Kanan

Nggak lengkap rasanya kalo ke Banjarbaru tapi nggak mampir ke kawasan Waduk Riam Kanan, karena disini banyak banget pulau-pulau yang bagus untuk dikunjungi. Selain itu perjalanan menuju kesana juga dihiasi dengan area perbukitan yang bikin segar sejauh mata memandang.

jalan menuju ke Riam Kanan (dok. pribadi)

Sesampainya di dermaga Riam Kanan, aku kebingungan lantaran minimnya riset menuju kesini. Yang aku pengen cuma berkelotok menyeberang pulau, pulaunya yang mana aku nggak tahu. Tapi pas aku lihat list harga sewa kelotok di dermaga, harganya tidak on budget untuk ku yang cuma berduaan ini. Rata-rata memang diperuntukkan untuk rombongan yang mau memancing atau ngecamp di salah satu pulau (supaya harga sewa kelotoknya murah).


Aku putus asa. Pengen pulang aja udah. Tapi pas di perjalanan kembali ke parkiran, aku denger rombongan ibu-ibu rempong yang mau ke rumah makan lesehan. Aku ikutin dong ibu-ibu itu, siapa tahu bisa nebeng kelotok biar harga sewanya murah. Eh ternyata emang murah, tiketnya cuma Rp. 10.000,- per orangnya. Jadi dihitung per orang, bukan sewa per kelotok kayak di tempat awal tadi.


Tujuannya ke Rumah Makan Rama Sinta di Pulau Ratu, dermaganya tersendiri dan agak hidden gitu karena bentuknya kayak rumah warga. Aku aja nggak tahu kalo itu dermaga, kalo bukan karena ngikutin ibu-ibu. Terima kasih Ibu-ibu, hihi. Akhirnya aku naik kelotok juga. Pemandangannya bagus sekali.


di depan pintu masuk Pulau Ratu (dok. pribadi)

bersantuy di kafe (dok. pribadi)

Pemandangan menuju ke Pulau Ratu (dok. pribadi)

di Pulau Ratu (dok. pribadi)

Di Pulau Ratu, selain ada Rumah Makan Rama Sinta yang menawarkan menu makanan berat (cocok buat makan siang), ada juga Kafe yang menyajikan makanan ringan. Cocok buat yang cuma mau santai-santai aja sambil menikmati pemandangan.


Harganya disini bervariasi tapi masih tetap on budget kok, sangat cocok jadi pilihan buat kalian yang mau menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, sahabat, maupun pacar (kalo ada ya wkwk)


  1. Dedaunan: Kue Apam Kenari

Buat yang mau nyari oleh-oleh kue tapi bosan sama kue yang itu-itu aja. Aku saranin coba Kue Apam Kenari. Kue ini ada di Dedaunan punya-nya Chef Agus Sasirangan dan hanya bisa kalian temukan di Cabang Banjarbaru, Banjarmasin dan Bandara Syamsudin Noor. Nah, aku yang ngerasa di kota ku nggak ada jadi pasti beli dong si Apam Kenari ini.


Ada 2 varian rasa yang ditawarkan, rasa gula merah dan pandan. Rasa kuenya nggak pelit gaes, manisnya enak ditambah dengan crunchynya taburan kenari slice bikin kue ini layak jadi pilihan buat dibawa pulang. Kalian wajib cobain deh.


Harga 1 kotaknya itu Rp. 90.000,- dengan 9 pcs Kue Apam Kenari yang semok-semok. Sayang, aku nggak sempat foto-foto penampakan aslinya, karena begitu sampai rumah langsung ludes wkwk. Layak sih jadi oleh-oleh buat keluarga.


Itu aja yang bisa aku jabarkan tentang tempat wisata di Banjarbaru yang aku ku kunjungi pas liburan kemaren, sebenarnya masih ada banyak, tapi kalian bisa search sendiri ya dari sumber lain. Atau lain kali aku bikin postingan tersendiri deh.


Dari perjalanan kali ini, Manfaat Internet benar-benar terasa karena berkat Internetnya Indonesia aku bisa tahu sedikit banyaknya tempat wisata di Banjarbaru. Meskipun nggak bisa dikunjungi semua karena waktu liburan yang cukup singkat.


Pelajaran yang bisa diambil dari cerita kali ini adalah untuk selalu mempersiapkan liburan kalian dengan membuat itinerary perjalanan dan riset tempat yang ingin kalian kunjungi. Biar nggak (hampir zonk) kayak aku wkwkwk. See u di next postingan yak.


Indahnya Riam Mambanin & Bukit Mambanin

di Bukit Mambanin, Marindi (dok. pribadi)


Jenuhnya rutinitas dan terbatasnya ruang gerak akibat pandemi covid-19, mendorong ku untuk melarikan diri ke suatu tempat yang masih dalam wilayah Tabalong. Tepatnya di Desa Marindi, Kecamatan Haruai. Berjarak sekitar 32 km dari pusat kota Tabalong, ada 2 obyek wisata sekaligus dalam satu tempat yang bisa dikunjungi. Itulah Air Terjun Riam Mambanin dan Bukit Mambanin.


Di hari aku melakukan perjalanan, cuaca sedang tidak baik-baik saja. Hujan turun lalu sesekali mereda, namun gumpalan awan masih tetap mendominasi langit. Hujan belum selesai. Sempat ada keraguan untuk melanjutkan perjalanan, tapi apa yang sudah dimulai sayang juga untuk dihentikan. Akhirnya bermodal keyakinan, kami berangkat.


Benar saja, baru setengah perjalanan hujan kembali mengguyur. Mana nggak bawa mantel lagi. Kami tetap nekat menembus hujan, tapi semakin dijalani ternyata semakin lebat. Kami pun memutuskan untuk berteduh di masjid terdekat. Hm, ternyata sesuatu yang memaksakan itu nggak baik.


Cukup lama menunggu, pukul 1 siang kami pun melanjutkan perjalanan. Hujan juga sudah benar-benar reda. Matahari sudah menampakkan sinarnya, langit biru pun tersibak diantara awan-awan tebal yang sempat menguasai hari.


Baca juga : Liburan ke Nateh


Perjalanan masih melewati perkampungan penduduk dengan jalan aspal, kemudian masuk ke belokan di sebelah rumah warga, jalanan berubah jadi perkebunan karet yang diselingi dengan rumpun pohon bambu. Sayangnya, tidak ada plang nama di titik belok yang menjadi acuan. Jadi jika kalian baru pertama kali kesini dan tidak tahu sama sekali tempat ini, kalian mungkin agak sulit menemukannya. Solusinya bisa bertanya pada penduduk sekitar.


Dari sini, jalan mulai nggak asik. Tanah becek setelah hujan sempat ditemui beberapa meter, berganti dengan jalan setapak yang sudah disemen, ya meskipun semen tapi jika dilalui setelah hujan akan jadi menantang juga. Licin oy. Ditambah lagi kontur tanah yang naik turun khas perbukitan membuat kami harus ekstra hati-hati. Hm, pantas saja teman ku yang asli orang sini tidak merekomendasikan ke Riam Mambanin setelah hujan, ternyata seperti ini toh.


Kami pun terus mengikuti jalan yang lumayan panjang, hingga terdengar suara riak air terjun. And here it is!


Fasilitas dan Biaya Wisata

Fasilitas disini cukup lengkap, sudah ada tempat parkir, juga terdapat satu WC dan satu ruang ganti untuk pengunjung. Selain itu juga ada warga yang berjualan makanan ringan dan beberapa minuman kemasan. Worth it lah ya, penolong disaat kelaparan melanda.


Untuk biayanya kami hanya membayar parkir sebesar Rp. 5000,-/kendaraan, biaya masuknya sendiri tidak dikenai. Sampai disini, entah karena sehabis hujan, suasananya benar-benar sunyi, tidak ada pengunjung lain. Hanya ada kami dan seorang petugas yang berjaga sekaligus menunggui jualannya, wah berasa seperti eksklusif yang menyewa tempat ini secara pribadi wkwkwk.



Pesona Bukit Mambanin

Kami memutuskan untuk mendaki bukit ini terlebih dahulu sebelum bermain di riam, meskipun riamnya ada di depan mata tapi kami mau kesana dulu deh.


jalan setapak menuju Bukit Mambanin (dok. pribadi)


Bukit ini sebenarnya tidak terlalu tinggi, ya namanya juga bukit dan track pendakiannya juga tidak terlalu panjang tapi medannya cukup sulit dan sedikit curam. Ditambah lagi tanah becek setelah hujan, semakin menambah tingkat kewaspadaan kami.


diatas Bukit Mambanin (dok. pribadi)


Dan nggak sampai satu jam, kami sudah sampai diatas bukit. Padahal ini cuma bukit tapi aku bisa merasakan sensasi diatas awan. Apa karena ini efek setelah hujan ya. Dari atas sini terlihat luasnya hamparan hijau, dengan rumah warga yang menyebar seperti rumah-rumahan mainan. Selain itu terlihat juga nun jauh disana sebuah perusahaan semen dengan bangunan kantor yang megah. Sayang, disekitarnya tidak ada pepohonan lagi. Dari tempat ku berdiri ini juga sering jadi tempat camping, lihat saja bekas api unggun & beberapa beras yg masih tercecer.


Yap, sudah cukup menikmati pemandangan dari atas, mari kita bermain air!!


Baca juga : Taman Bunga Poska


Pesona Riam Mambanin

Yang paling aku suka dari Riam Mambanin adalah ketika sampai di parkiran, kita nggak perlu berjalan jauh lagi menuju spot yang diinginkan karena riamnya sendiri tepat berada di samping parkiran, kita hanya perlu berjalan menurun untuk bisa sampai dibawah air terjun.


Hanya saja lagi-lagi karena setelah hujan, bebatuan jadi semakin licin. Harus ekstra hati-hati dan karena aku juga tidak membawa baju ganti, jadilah aku hanya menikmati pemandangan dari sini.


Riam Mambanin dari atas (dok. pribadi)

bebatuan di Riam Mambanin (dok. pribadi)

Sekian cerita ku saat berkunjung ke riam mambanin & bukit mambanin, saran ku jangan lupa bawa sampah kalian pulang ya, soalnya ku lihat diatas bukit banyak sekali sampah berserakan, terutama saat perjalanan menuju keatas.