Cerita Mudik Dari Tanah Rantau




Holla.

Tema hari ini adalah cerita mudik.

Mudik itu sendiri adalah kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan. Lebaran misalnya.

Lah, aku yang nggak pernah mudik ini gimana mau cerita? Lahir, besar, menuntut ilmu dan mengais rezeki masih di tanah kelahiran ini harus bercerita tentang apa? Nggak banyak yang bisa aku ceritakan.

Kecuali tentang cerita mudik dari tanah rantau.

Jika banyak anak Kalimantan menuntut ilmu ke pulau Jawa, maka masyarakat Jawa juga banyak yang mencari kerja sampai ke Kalimantan. Selain karena pekerjaan, program transmigrasi juga menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat Jawa bisa sampai ke Kalimantan.

Bertempat tinggal di Kabupaten paling Utara dari Provinsi Kalimantan Selatan ini merupakan salah satu pilihan tujuan para pencari kerja untuk mengadu nasib, karena disini merupakan salah satu kabupaten penghasil batu bara. Kabupaten Tabalong namanya.

Disini pekerja tambangnya banyak berasal dari tanah Jawa dan beberapa daerah lainnya juga ada sih, meski tidak begitu mendominasi. Nggak sedikit dari mereka ada yang berpindah domisili KTP menjadi warga sini, mungkin karena saking lamanya tinggal di daerah ini. Entahlah.

Duh, kok cerita ku jadi merembet masalah kependudukan sih. Maap maap.

Balik lagi ke topik.

Jadi saat SMK ada program praktek kerja industri. Kebetulan aku ditempatkan sama guru di salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan. Aku bersyukur. Pasti akan ada banyak ilmu dan insight baru yang bisa aku dapatkan disini.

Masa prakerin ku saat itu adalah 6 bulan. Terbagi jadi 2 shift, aku kebagian shift kedua. Shift kedua ini berlangsung dari 26 januari 2016 – 26 juli 2016. Otomatis bulan Ramadhan ku tahun itu dilewati di tempat prakerin.

Tadinya aku pikir pasti berat. Karena habis sholat subuh aku nggak bisa tiduran dulu, melainkan harus mulai siap-siap berangkat prakerin. Anak prakerin di perusahaan tambang juga dapat fasilitas dijemput pakai bis, sama kayak karyawannya.

Ternyata setelah dijalani, aku enjoy aja tuh. Nggak merasa terbebani, aku masih bisa tidur, ya hanya saja tempat tidur ku yang beralih. Kalau biasanya tiduran di kamar, saat itu aku jadi sering tidur di bis. Selama perjalanan, waktu tempuhnya lumayan. Sekitar 45 menit, waktu yang sangat cukup bukan untuk sekedar memejamkan mata? Yang kayak gini nggak hanya aku aja, hampir semua penumpang bis malah.

Aku melalui hari hari disini seperti biasa. Seperti bulan bulan sebelumnya. Sampai pada saat sekitar H-7 sebelum lebaran. Kantor mulai lengang. Beberapa karyawan mulai mudik ke kampung halamannya.

Makin mendekati lebaran, kantor semakin sepi. Di departemen ku saja, karyawan hanya tersisa lebih separuh dari jumlah seharusnya. Semuanya pada pulang kampung.

Disaat seperti ini lah anak prakerin kayak aku mulai dituntut berperan aktif, kerjaan yang bersifat nggak terlalu besar tanggung jawabnya kami yang handle. Dengan pengawasan dan instruksi dari pembimbing tentunya.

Puncaknya saat H-1 lebaran, aku diminta untuk tetap masuk ke kantor. Padahal anak PKL dari departemen lain, udah pada off. Aku iyain aja sih, toh aku juga nggak ngapa ngapain di rumah. Nggak mudik juga.

Hari itu kantor sepi banget parah. Di bis tadi juga sepi sih, tapi nggak nyangka aja kalo suasana sepinya terbawa sampai ke kantor wkwk

Semuanya berlalu sampai nggak berasa udah jam pulang aja. Pas pulang kerja bis yang biasa aku tumpangi agak banyak penumpangnya. Orang workshop ikut juga.

Di perjalanan, beberapa workshop yang aku liat juga lumayan sepi.

Jadi begini ya kalo karyawan tambang pada mudik, ucap ku dalam hati sambil menatap keluar melalui jendela.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar.. La Illaha Ilallahu Allahu Akbar..

Tiba-tiba terdengar takbir khas hari raya idul fitri melalui radio yang terpasang di dekat driver. Aku mengamati sekitar dan terhenyak melihat bapak bapak yang sedang video call dengan anaknya.

“Bapak baru bisa pulang seminggu setelah lebaran ya nak, kamu mau dibawain oleh-oleh apa nanti?”

Mata ku mulai berkaca-kaca dan bersyukur begitu menyadari hikmah apa yang bisa ku ambil. Disaat lebaran kali ini aku masih bisa bertatap muka dan berkumpul bersama keluarga, masih ada orang lain yang hanya bertemu keluarganya melalui media.

Tidak ada komentar

Mari berbagi pendapat dari sudut pandang mu melalui komentar di bawah ini