Cerita Persalinan Anak Pertama

dok. pribadi

"Karena setiap Ibu punya cerita perjuangan sendiri dalam persalinannya."

Proses persalinan anak pertama menjadi hal yang nggak terlupakan. Meskipun tetap ada drama, aku bersyukur bisa merasakan proses menjadi Ibu. Begini ceritanya…


***

sumber: www.pexel.com

36 minggu.


Memasuki minggu-minggu terakhir trimester tiga, aku mulai mempersiapkan banyak hal untuk menyambut dedek bayi. Perlengkapan bayi, perlengkapan bersalin sampai USG untuk memastikan kondisi dan posisi bayi. Saat USG dokter berpesan, "harus semakin dirutinkan ya olahraganya, minimal jalan kaki sama kurangi makanan & minuman manis biar bayinya nggak terlalu besar. Di minggu ini berat janin sudah 2,6 kg."


Pesan yang sama juga dikatakan oleh bidan tempat aku kontrol bulanan, "persalinan kamu mungkin berisiko karena tinggi badan dibawah 145 cm, tapi kalau berat janin dibawah 3 kg mungkin masih bisa diusahakan normal." Apalah daya tinggi ku hanya 144 cm.


Tapi aku nggak menyerah, demi tujuan ingin melahirkan normal, apapun itu ku usahakan. Ya meskipun aku benar-benar rutin melakukannya di minggu ke 37 hohoho.


***

37 minggu.


Persalinan sudah terhitung normal dilakukan di minggu ini, begitu penjelasan dari video youtube yang aku tonton. Serta banyak juga cerita dari beberapa teman dan kerabat yang persalinannya maju beberapa minggu dari HPL, terutama jika anaknya laki-laki dan anak pertama.


Aku pun semakin mempersiapkan diri, mana tahu persalinan ku juga akan maju dari HPL. Aku sedikit percaya diri karena aku mengandung anak pertama laki-laki, ditambah lagi aku mulai rutin berolahraga di minggu ini. Ah, rasanya semakin tidak sabar menunggu si dedek.


***

38 minggu.


Memasuki minggu ke 38, masih belum ada tanda-tanda persalinan. Aku masih positif thinking sambil semakin gencar merutinkan jalan kaki dan bermain gym ball. Setelah di minggu sebelumnya sering bolong hehehe. Aku juga mulai rajin makan kurma. Konon, dari informasi yang aku baca kurma mampu memicu kontraksi dan memperlancar persalinan.


Baiklah, aku harus konsisten.


***

39 minggu.


Masih belum ada tanda-tanda melahirkan, padahal napas sudah engap. Aku mulai lelah. Satu minggu lagi HPL, tapi nggak ada tanda dedek mau keluar. Pikiran overthinking ku mulai liar, "apa aku nggak normal ya, nggak melahirkan maju dari HPL?"


Pikiran aneh itu emang nggak berdasar ilmiah, namanya juga overthinking. Hanya karena beberapa orang sekitar ku yang punya anak pertama laki-laki melahirkan maju dari HPL, aku jadi berpatokan pada hal tersebut.


Beruntung di saat seperti itu, suami suportif dan berusaha untuk selalu ada supaya pikiran ku nggak semakin liar dengan sering ngajak jalan dan nonton film bersama. Pokoknya kami menikmati waktu berdua selagi perhatian masih belum terbagi pada dedek utun nanti. Kalau ingat momen ini, i feel like full of love hohoho. Overthinking? Jauh jauh gih..


20 Juni 2023. Dini hari.


Jam 3 subuh selesai BAK, aku kaget melihat lendir berwarna merah kecoklatan. Setahu ku ini salah satu ciri melahirkan. Apa aku akan melahirkan hari ini?


Segera aku menghubungi bidan. Paginya selesai dicek, masih pembukaan satu. Aku waspada. Suami apalagi. Dia sampai mengambil cuti lebih awal.


Karena merasa persalinan sudah dekat, suami mulai mengabari beberapa keluarga. Namun seharusnya dia nggak melakukan itu, kami malah membuat orang-orang khawatir. Aku jadi semakin stres ditanyai kapan lahiran terus. Sebab setelah pembukaan satu, setelahnya nggak ada ciri apa-apa lagi. Semua berlalu seperti biasa. Aku masih bisa beraktivitas, kontraksi pun masih datang dan pergi. Aku bingung kenapa nggak ada muncul ciri lagi.


Malam besoknya, di waktu yang sama. Jam 3 subuh, aku merasakan kontraksi yang lebih sakit dari sebelumnya. Segera malam itu kami ke tempat praktek bidan. Sayangnya pernyataan malam itu membuat aku down, bagaimana nggak? Sudah hampir dua hari setelah pembukaan satu, AKU MASIH PEMBUKAAN SATUU!!!


"Bayinya sudah semakin turun, tapi mucus plugnya cukup tebal di mulut rahim. Mungkin ini penyebab kenapa dari kemarin, pembukaannya nggak bertambah," begitu kata bidan.


Oke, PR ku adalah menyingkirkan lendir mucus plug ini dari mulut rahim agar si kecil bisa keluar. Semangat💪


Jalan kaki pagi dan sore, HB, main gym ball, semuanya ku lakukan. Tapi dirasa-rasa perkembangan kontraksi ku nggak bertambah, sementara pertanyaan dari kerabat kian membanjiri chat wa. Aku nggak sanggup buka aplikasi wa lagi. Bawaannya pengen nangis, karena nggak bisa memberi jawaban memuaskan. Nggak tahu kenapa perasaan jadi lebih sensitif.


Hingga malam itu, setelah jalan sama suami. aku mulai merasa kontraksi semakin sakit dan intens. Tapi masih ku abaikan. Paling kontraksi palsu lagi, pikir ku. Kami pun lanjut tidur.


Jam setengah 2 malam. Setelah berganti hari ke Jumat, 23 juni 2023. Aku merasa seperti ada yang meletus saat berpindah posisi tidur dan rasa ingin buang air kecil yang nggak tertahankan. Kontraksi juga semakin intens. Aku coba meredakannya dengan bermain gym ball, tapi hal itu membuat air yang ku pikir air kencing ternyata ketuban malah keluar semakin deras. Suami pun langsung sigap mengantar ke bidan.


Jam 3 dini hari, sepanjang jalan menuju rumah bidan air ketuban ku rembes. Sesampainya  dicek pembukaan, ternyata sudah pembukaan 2 menuju 3. Kami disarankan untuk stay ditempat.


Menit demi menit kontraksi datang semakin sakit, semakin intens, dan semakin membuat ku tidak tenang. Hal yang bisa aku syukuri, proses dari pembukaan 2 sampai ke 10 itu tidak lama. Hanya 3,5 jam, tapi rasa sakitnya, hm, jangan ditanya.


Proses paling lama menurut ku adalah ketika mengeluarkan bayi dari jalan lahirnya. Napas ku tidak panjang, teknik melahirkan ku masih salah. Namanya juga pertama kali. Proses yang cukup lama itu membuat ku hampir putus asa, tapi demi melihat dedek bayi yang lucu aku tetap berjuang. Akhirnya berkat doa dan dukungan suami, orang tua dan keluarga juga kerja keras bidan dalam membantu proses persalinan, tepat pukul 07.50 WITA putra pertama kami lahir.


Rasanya nano-nano saat melihat dan mendengar suara tangisan pertamanya. Semua rasa bercampur jadi satu dan nggak bisa ku deskripsikan. Perihnya jahitan perineum pun teralihkan saat melihat manusia mungil itu di ranjang bayi.


sumber: www.pexel.com


Terima kasih adek sudah mau hadir di kehidupan kami. Kami akan terus berusaha memberi cinta dan kasih sayang terbaik yang bisa kami berikan. Mari berjuang bersama mengarungi kehidupan yang fana ini.


Dan sejak hari itu, hidup ku berubah.


To be continued ….


2 komentar

  1. Congrats ya mbak helka, ikut seneng karena semua lancar, dan apa2 yg ditakutkan tidak terjadi. Semoga dede tumbuh sehat, cerdas dan sholeh, kebanggaan keluarga

    BalasHapus
  2. Selamat mbak Helkaaa...semoga menjadi anak kebanggaan untuk kedua orang tuanya. Pasti seru banget sekarang di rumah ada si kecil ya mbak

    BalasHapus

Mari berbagi pendapat dari sudut pandang mu melalui komentar di bawah ini