Kesan Blog Challenge 2021



Akhirnya sampai juga di postingan terakhir dari BPN Ramadan 30 Day Challenge. Aku bangga sama diri ku sendiri yang mampu menulis sampai di hari terakhir tantangan.

Rasanya seperti menaklukan diri sendiri. Karena yang aku tantang bukan hanya konsistensi dalam menulis blog, tapi juga diri sendiri dalam memanajemen waktu ditengah kesibukan yang semakin bertambah. Nggak seperti blog challenge di tahun sebelumnya yang kerjaan dan jadwal kuliah ku masih bisa santuy santuy bae. Huhu.


Baru tahun ini, aku pernah sampai merasa ingin menyerah ditengah jalan. Tepatnya pada hari ke 16, disitu aku mulai oleng. Sampai pada hari ke 20, aku seperti tidak mampu menguasai diri lagi. Ingin ku sudahi saja semua ini.


Tapi begitu aku melihat target jadwal menulis yang ku buat awal ramadhan lalu dan ku tempel di dinding kamar. Aku jadi teringat kembali akan target yang ingin ku capai, teringat lagi akan perasaan puas ketika mampu menyelesaikan tantangan di tahun sebelumnya dan teringat lagi dengan rasa syukur ketika dapat hadiah dari ngeblog. Aku rindu akan semua itu.


Maka saat itu juga, ku sudahi segala keluhan, ku ambil laptop dan mulai mengetik tulisan sesuai tema. Aku mengejar ketertinggalan ku. Bahkan di sela-sela waktu luang, aku mengedit foto untuk setiap postingan. Hanya berupa gambar bertuliskan judul aja sih, bukan gambar yang mewakili visual setiap postingan. Itu sudah termasuk cukup.


And now, here it is!


Di postingan hari ke 30, aku menaklukannya. Aku membuktikan bahwa ternyata aku bisa, aku mampu ketika aku mau. Semoga tulisan ini, tantangan ini menjadi pengingat kalo aku bisa lebih dari apa yang ku bayangkan. Benar sekali kata-kata motivasi dalam bisnis bahwa tak peduli apapun hasilnya yang terpenting mencobalah dulu.


Dan terima kasih kepada Blogger Perempuan yang sudah memfasilitasi produktivitas menulis para blogger melalui kegiatan ini. Semoga tahun depan ada kegiatan seperti ini lagi dengan hadiah yang lebih banyak biar semua bisa kebagian hehehe. Juga semoga tahun depan sudah tanpa covid-19, yah minimal sudah ada teknologi atau apapun yang mampu meredam dampak yang sudah ditimbulkan dari covid-19. Aamiin.


Harapan terbesar ku (yang selalu ku ulang-ulang setiap ada challenge heheh) adalah terus konsisten menulis. Agar tulisan ku di blog ini tidak hanya ramai ketika ada challenge saja, tapi juga di hari biasa hehehe. Sampai bertemu lagi nanti.


Dan aku ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, semoga ramadhan tahun ini memberi berkah untuk kita semua.


Babay.

Persiapan Menuju Lebaran


Aku bersyukur. H-1 sebelum lebaran, kantor ku mengeluarkan memo untuk cuti bersama. Artinya aku bisa menyiapkan beberapa keperluan untuk lebaran nanti. Hihihi.


Bicara soal persiapan, sejauh ini fokus ku paling banyak ke persiapan kue lebaran. Dimulai dari 2 minggu sebelum lebaran, aku sudah memesan beberapa kue kering dari teman ku dan peyek kacang dalam jumlah yang banyak. Karena orang tua ku suka sekali peyek kacang. Semua masih berjalan mulus.


Lalu drama terjadi menjelang H-3 lebaran, saat mamak bilang pengen kue semprong buatan rumahan. Aku langsung menghubungi teman ku yang mamanya memang berjualan kue tersebut, tapi mereka sudah close order. Disitu aku sudah kepikiran pengen beli egg roll di minimarket aja, rasanya hampir mirip dengan semprong. Sayangnya mama nggak mau dan kekeuh pengen semprong buatan rumahan.


Karena aku anak berbakti (cielahh), aku coba nyari di grup jual beli makanan kota ku di facebook. Ada nemu nih, tapi lokasinya jauh kali dari rumah ku. Aku coba tanya-tanya dulu, ternyata si penjual mau ada pengantaran ke lokasi dekat rumah ku. Aku langsung pesan dong. Disitu transaksi sudah disepakati antara kedua belah pihak.


Besoknya, si penjual tiba-tiba kayak ogah-ogahan gitu melayani chat ku yang cuma nanya, "jam berapa mau diantarnya, mba?"


Aku hanya memastikan, biar orang rumah bisa standby nungguin kuenya. Setelah aku tanya begitu, si penjual malah bilang gini, "maaf ya mba, nggak bisa bawa banyak. Nanti kalo ada sisanya baru saya antarkan."


What the????


Dari situ perasaan ku udah mulai nggak enak. Ini orang serius mau jualan nggak sih?


Bukannya apa ya, seharusnya kalo dia mau ada fokus pengantaran ke suatu lokasi. Dia pasti udah tahu dong, kapasitas yang bisa dia bawa berapa dan buat siapa saja. Ini kenapa aku yang harus nunggu sisanya? Apakah pesanan ku bukan prioritas? Lah terus kenapa kemarin mau sepakat sama pesanan ku?!


Aku mulai kesal, ditambah lagi dengan adik ku yang ngechat dan mulai kesal juga gara-gara ku suruh nungguin depan gang rumah biar si penjual nggak kesusahan nyari rumah ku. Itu pun aku sambil terus ngechat si penjual, apakah aku kebagian kue semprongnya atau nggak.


Beberapa jam kemudian, baru chat ku dibalas si penjual, "kuenya habis mba, maaf baru ngabarin tadi hpnya lagi low."


Fix sekarang aku jadi korban PHP seller nggak profesional. Terlepas dari semua kejadian diluar kendali (seperti baterai hp low), poin yang bikin aku kesal itu saat si penjual nggak bisa memberi kepastian tentang barang yang dia jual.


Masa dia nggak bisa memperkirakan sih, jumlah pesanan yang dia bawa sama yang mau diantarkan? Seharusnya saat dia ngerasa overload sama barang yang mau dibawa, saat itu juga dia bisa menolak orderan ku. Bukannya malah bikin orang berharap dan nungguin. Kalo aku tau, aku nggak kebagian dari awal kan aku bisa cari yang lain.


Tapi dari semua yang terjadi, aku jadi dapat hikmah kalo mau kue lebaran dengan jenis tertentu emang paling aman pesan dari jauh-jauh hari. Kalo perlu dari awal ramadhan, biar kejadian kayak gini nggak terulang lagi sama aku atau kalian. Apalagi menjelang H-1 lebaran biasanya toko udah mulai tutup dan pasar juga bisa jadi sangat padat. Daripada hal-hal nggak diinginkan terjadi, mending cari aman. Sekian cerita drama sebelum lebaran.


Momen Lebaran Paling Berkesan



Jika ditanya, momen saat kapan yang paling membuat ku terkesan. Aku akan menjawab, yaitu saat seluruh keluarga lengkap berkumpul.

Sebagai anak rumahan yang sehari-harinya hampir nggak pernah jauh dari keluarga membuat ku punya suatu keterikatan, yang mana kalo ada momen kumpul keluarga nggak ada si A, si B atau si C rasanya kayak ada yang kurang.


Tapi semakin aku besar, orang-orang yang berkumpul nggak akan sama lagi. Ada yang sudah berpulang, ada yang merantau atau ada yang disibukkan dengan urusan lain.


Aku memang belum pernah merasakan rasanya berjauhan dari orang tua dan keluarga. Tapi membayangkannya saja seperti membuat ku sesak. Tidak ada ketenangan dalam rindu, yang ada hanya coba terus menenangkan diri sambil berkata, "semua akan baik-baik saja".


Aku pernah menyaksikan orang-orang yang nggak bisa mudik karena terhalang pekerjaan dan terpaksa berlebaran di kota orang. Itu sebelum pandemi. Apalagi sekarang, sesudah pandemi yang memakan waktu hampir 2 tahun bersemayam di bumi. Ada semakin banyak orang yang tak bisa menghabiskan waktu bersama keluarga besarnya.


Semoga orang-orang yang berada di posisi tersebut selalu diberi ketegaran dan bisa terbantu dengan teknologi yang semakin berkembang.


Sekarang aku mengerti, momen berkesan itu diciptakan dengan mensyukuri detik-detik yang dihabiskan bersama dan selalu menghargai keberadaan hal-hal kecil. Ketika kita mampu melakukan itu, maka saat semua tak lagi sama, tidak ada rasa penyesalan didalamnya.