#FBBKolaborasi Bincang Blogger Bersama Ruli Retno

Halohaa..

Setelah sekian lama, aku kembali hadir dengan tema tulisan baru yaitu bincang blogger. Tema ini hadir untuk meramaikan FBB Kolaborasi bulan Juli. Berbeda dari bulan-bulan sebelumnya, kali ini FBB Kolaborasi mengangkat topik mengenal lebih dekat dengan anggota FBB itu sendiri. Dalam FBB Kolaborasi kali ini aku berkesempatan untuk berbincang bersama Mba Ruli Retno Mawarni, salah satu founder FBB. Selain founder FBB, beliau juga aktif di kegiatan sosial lain seperti SAYDA (Sayangi Anak Yatim dan Dhuafa) dan GPL (Gerakan Peduli Lansia).  Sstt.. dua kegiatan sosial tersebut beliau juga foundernya loh.

Dan satu lagi, Mba Ruli juga aktif sebagai koordinator team media di halalcorner.id. Tentu saja, kalian bisa menemukan cerita keseharian Mba Ruli di blog pribadinya www.ruliretno.com dan beberapa media sosial lain, seperti instagram dengan username ruliretno.



Okey, langsung aja kita ke Mba Ruli. Halo, Mba Ruli, apa kabar? Gimana kesehariannya nih, kesibukannya sekarang apa aja?

Halo juga, Helka. Alhamdulillah masih diberi kesehatan meskipun ditengah pandemi seperti ini ya, hm, kesibukan ku saat ini pastinya jadi IRT, tapi masih tetap handle SAYDA & GPL, kegiatannya masih tetep running sampai saat ini loh. Selain itu, di halalcorner.id juga masih aktif. Selebihnya ya ngeblog.

 

Banyak juga ya kegiatan sosial yang Mba Ruli ikuti, terus untuk ngeblog sendiri gimana, Mba, apakah punya waktu khusus untuk ngeblog?

Ga punya sih, kapan pun mau nulis ya nulis. Bahkan sambil jalan di mall, misal nunggu jadwal bioskop gitu tetep bisa nulis. Tapi biasanya aku lebih memilih menyelesaikan tugas utama ku dulu, sebagai istri dan ibu sama ibadah juga, baru megang blog dan kegiatan lain.

 

Wow, hampir tidak ada waktu yang terbuang percuma sama Mba Ruli, lantas perkenalan Mba Ruli sendiri dengan dunia blog itu awal mulanya gimana, Mba?

Hahah gak mikir kesitu juga sih padahal, cuma kadang pas lagi nunggu atau lagi diem gitu ada aja ide nulis yang muncul. Takut hilang idenya, aku tulis aja. Nanti begitu ada waktu baru aku kembangkan lagi dan finishing.

Kalau cerita awal aku kenal blog itu sejak 2008, langsung punya blogspot tapi isinya cuma cerita alay masa kuliah, setelah resign kerja jadi IRT lalu aku memutuskan untuk lanjut ngeblog lagi tapi tulisan alaynya udah dihapusin, semua diganti jadi tulisan yang lebih bermanfaat.

 

Oalah, berarti Mba Ruli ngeblog udah sekitar 12 tahunan dong ya, meskipun sempat hiatus juga. Selama itu, pernah ngga sih Mba, ngerasa jenuh atau bosan? Sampai rasanya males buat ngeblog lagi?

Rasa jenuh dan bosan itu pasti ada ya, berkali-kali malah. Tapi aku ga pernah mau pergi dari blog.

 

Kenapa gitu, Mba? Apakah ngeblog itu jadi sebuah candu yang ngga bisa ditinggalin meskipun udah bosan wkwk

Hahaha, ngga juga, biasanya aku kalau lagi bosan bener-bener ngga mau nulis dulu sampai moodnya datang lagi, ngerjain hobi lain aja. Misalnya gardening, masak, begitu dulu sampe mau nulis lagi. Biasanya kalau sudah lewat jenuhnya, akan kembali rindu menulis dan mood datang lagi. Ngga pernah berniat untuk pergi lama dari blog sih, apalagi kalau sedang ada kontrak kerja nulis, mau nggak mau ya dilawan dulu aja rasa bosannya.

 

Jadi blogger ini challenging juga ya Mba, meskipun website tersebut punya kita sendiri, tetep ada tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain untuk membesarkan blog kita, juga demi para pembaca setia dan client hehe. Nah, untuk Mba Ruli sendiri kan dulunya pasti berawal dari blogger pemula juga, masih belum ngerti sama seluk beluk blog. Saat itu, Mba Ruli belajar dari mana? Apakah Mba ikut kelas khusus untuk blogger pemula?

Aku belajar sendiri sih, otodidak, sambil nyimak sharing dari para suhu juga, terus searching sendiri mengenai kendala yang aku hadapi selama ngeblog. Kelas blogger sendiri, jarang aku temuin. Kalau pun ada, kebanyakannya offline dan lokasinya ada di Pulau Jawa.

 

Iya sih, Mba. Emang jarang ada kelas blogger, apalagi yang online ya. Makanya aku lebih suka mantengin blog yang isinya banyak tentang tips blogging hehe. Mba Ruli sendiri juga udah cukup lama malang-melintang di dunia blogger kan, selama itu ada suka dukanya tersendiri ngga Mba? Tantangan terbesar selama Mba Ruli ngeblog gitu?

Tentunya ada dong, apalagi sukanya banyak banget. Nambah temen dan relasi pastinya, pundi-pundi rupiah juga salah satu bonus, menang lomba nulis dan membantu mencegah stres. Hm, kalo dukanya ada sih, tapi nggak begitu mendalam, paling cuma kalah lomba blog, terus sedih karena ilmunya ngga nambah-nambah. Kalau tantangan terbesar yang aku hadapi selama ini sih, manajemen waktu dan manajemen mood.

 

Kayanya manajemen mood ini jadi masalah hampir semua blogger yak hoho, aku kadang juga gitu. Udah selama ini ngeblog, adakah target yang masih belum tercapai Mba?

Pastinya ada, aku tipe orang yang nggak pernah puas di satu titik. Diantaranya pengen punya DA & PA bagus dan adsense yang gede, pengen punya tulisan yang bermanfaat bagi sejuta umat dan pengen jadi langganan pemenang lomba blog. Aamiin.

 

Aamiin, semoga apa yang Mba Ruli targetkan bisa tercapai semua ya. Terus harapan atau pesan Mba Ruli buat para blogger, terutama yang ada di Kalimantan Selatan nih?

Dari dulu sebenernya banyak blogger dari kota lain diluar Kalsel yang pengen gabung di komunitas FBB sendiri tapi kami ngga menerima, setidaknya yang gabung FBB harus domisili Kalsel atau domisili tempat lain tapi keturunan orang Banjar. Tujuan utamanya tentu saja untuk memajukan wanita (blogger) Kalsel. Dan ternyata benar, setelah FBB terbentuk nampaklah siapa-siapa blogger yang punya prestasi, meskipun ngga semuanya berprestasi dibidang blogging aja tapi keliatan bahwa wanita Kalsel ternyata ngga kalah keren sama perempuan dari kota besar lainnya. Bahkan untuk di Kalimantan sendiri, FBB cukup menonjol dan mampu bersaing dengan blogger lain.

Harapan ku untuk blogger Kalsel semoga semakin berprestasi, wanita Kalsel bisa juga sekeren wanita lain dikota besar sana, blogging bisa jadi sarana yang tepat untuk mengembangkan skill, menambah cuan, dan pelarian dari stres kehidupan hahaha. Segitu aja mungkin ya.

 

Huaaa, terharu aku tu, sekaligus bangga bisa diterima dikomunitas ini. *peluk Mba Ruli*

Terima kasih ya, Mba, atas waktunya. Terakhir nih, siapa aja blogger favorit Mba Ruli?

Blogger favorit aku itu Langit Amaravati, Pungky Prayitno, Carolina Ratri, Mira Sahid, etc. Masih banyak sih, sebenernya, yang aku sebut itu cuma beberapa.

 

Mantap, Mba. Mungkin sekian dulu bincang blogger kita bersama Mba Ruli Retno. Semoga ada faedah yang bisa diambil dari perbincangan kita kali ini, sampai jumpa lagi dilain kesempatan.

 

Cheers,

Helka.


Lari Dari Kesibukan

Rutinitas bisa mematikan kreativitas, begitu kata salah seorang penulis.

Benar saja.

Sehari setelah memutuskan untuk mengambil cuti, aku sempat bingung akan melakukan apa. Mulai dari mana. Padahal 3 bulan telah berlalu dari sejak terakhir aku mengambil cuti, cukup banyak waiting list kegiatan yang ingin ku kerjakan yang tertunda karena rutinitas.

Membuat bunga flanel, menyelesaikan tugas kuliah, update tulisan di blog, memulai bisnis sampingan, membaca buku, menonton film atau kdrama series yang lagi hits, mempelajari skill baru sampai merawat tanaman mint yang baru ku beli beberapa hari lalu.

Aih, banyak kali ingin ku. Ingin ku masih terlalu idealis ditengah suasana krisis. Tentu tak semua bisa ku kerjakan bersamaan.

Sejak akhir tahun 2019, rencana yang aku susun semuanya terbengkalai begitu saja. Aktivitas ku di dunia blogger yang sudah mulai tertata dan blog ku mulai bernyawa, terpaksa hiatus kembali.

Bahkan kegalauan saat itu kian memanjang sampai sekarang, itulah mengapa aku memutuskan untuk mengambil cuti. Rehat sejenak dari rutinitas. Mencoba kembali bangkit, mengumpulkan potongan yang telah lama berantakan.

Ya, kegalauan yang ku hadapi berat sekali, setidaknya untuk porsi ku. Sebuah hantaman keras menyerang mental ku yang belum siap. Aku sempoyongan, hampir menyerah dengan semuanya. Mungkin lain kali akan ku bahas khusus dalam satu postingan tentang cara ku bangkit dari keterpurukan.

Sekarang aku coba berdamai dengan keadaan, mulai menerapkan prinsip mindfulness dan semua self healing yang bisa ku lakukan.

Kali ini, hanya ini yang dapat ku tulis setelah lama tak menulis. Melemaskan frasa yang mulai kaku karena lama tak berlaku. Sampai jumpa.


Resensi Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa

(dok. pribadi) 

Judul Buku : Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa
Penulis : Alvi Syahrin
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2019
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Ukuran Buku : 13 x 19 cm
Jumlah Halaman : xii + 236 halaman

Sedikit cerita sebelum mulai meresensi, jadi proses aku mendapatkan buku ini penuh drama sekali. Waktu itu aku lagi penasaran tentang buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta sampai stalk ke akun instagram penulisnya. Ternyata beberapa hari yang lalu, penulisnya baru aja tutup PO buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa.

Buku yang satunya aja belum terbeli, malah muncul lagi satu. Aku langsung baca baca dong sinopsis buku yang satunya, dan langsung jatuh cinta begitu baca sinopsis, relate kali sama apa yang aku hadapi beberapa hari terakhir ini.

Kecewanya, aku harus menunggu sedikit lebih lama sebelum bisa menikmati isi buku ini secara utuh dan juga ngga dapat TTD Eksklusif dari bang Alvi Syahrin huhu.

Aku berpasrah buat nunggu sampai ke gramedia dikotaku. Lalu, beberapa hari kemudian semesta berkata lain. Bang Alvi mengumumkan di instagram kalau dia masih menyimpan beberapa buku sisa PO kemarin, rencananya mereka langsung yang akan packing dan mengirimkan buku buku tersebut kepada para pembaca. Paket yang akan didapatkan pun sama seperti saat PO. Bertanda tangan dan ada merchandise eksklusifnya pula. Wow.

Aku excited dan langsung ingin checkout, tapi lagi lagi sudah sold out. Arghhh… gercep kali pembaca mu ini bang.

Wajar aja sih, wong aku mau checkout 2 jam setelah pengumumannya. Aku berpasrah lagi.


Esoknya, muncul lagi story yang mengabarkan masih ada stok hit n run dari pembeli sebelumnya. Tak perlu pikir panjang, aku langsung checkout dan bayar biar dramanya gak tambah panjang lagi. Baru setelah status pengemasan jadi pengiriman, aku bisa berlega hati. Fiuh… alhamdulillah masih berjodoh.

starter pack PO. (dok. pribadi)



akhirnyaa.. aku dapat buku ber-TTD (dok. pribadi)



Selain buku JKTPJAA, aku juga memesan buku What's So Wrong About Your Life-nya Bang Ardhi. Satu paket lengkap untuk memanduku mengarungi kehidupan. Kapan kapan akan aku resensi juga buku tersebut.

Oke, mari kita lanjut membahas tentang apa isi buku JKTPJAA.

Buku ini berisi tentang kegelisahan terhadap masa depan. Dimana realita kehidupan dimulai. Mulai dari lulus SMA, sibuk mempersiapkan diri untuk lanjut ke perguruan tinggi negeri favorit, ada yang berhasil, ada yang tidak. Terjebak gap year. Lalu kehidupan masa kuliah. Tekanan orang tua dan standar kehidupan dari orang-orang pada umumnya. Masa pengangguran. Cari kerja. Mulai bekerja. Bosan dan lelah dengan problematika pekerjaan. Ingin resign. Ingin berwirausaha. Hingga keinginan untuk menikah ketika sudah lelah sekali dengan apapun yang dihadapi. Semuanya dibahas disini.

Buku ini ngga terkesan menggurui, apalagi sok tau. Ia hanya seperti teman yang menceritakan kisahnya sendiri melewati masa-masa itu. Kamu akan merasa ngga sendirian lagi. Sebab bukan hanya perahumu saja yang terombang-ambing di samudera kehidupan penuh ketidakpastian ini. Tapi mereka juga. Sikap dan cara pandang saja yang membuatnya berbeda.

"Namun, selalu ada cerita yang tak pernah diungkapkan secara utuh. Cerita yang dia sendiri tidak minati; yang dia ingin kubur dalam-dalam. Sekali lagi, kita hanya lihat indahnya." (Hal. 184).

Ada pula tentang kita yang selalu menuntut ini itu agar semua dapat berjalan sempurna, lancar, sesuai harapan, sesuai ekspektasi, padahal kita sendiri masih berada didunia. Tempatnya segala ketidaksempurnaan.

Hingga yang paling menohokku, buku ini juga mengingatkan kita pada kematian. Tentang betapa tidak berartinya semua perjuangan dan waktu yang dihabiskan demi mengejar duniawi itu ketika kita sudah berhadapan dengan kematian.

Jangan pula setelah mengetahui fakta paling pasti tersebut kita jadi diam saja tak melakukan apapun. Justru dari semua proses dalam setiap fase hidup itulah kita akan menemukan nilai yang membuat kita lebih bijaksana dalam memaknai semuanya.

Karena itu, buku ini berjudul Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa.

Hampir sulit menemukan cela dari buku ini, karena Bang Alvi sudah membahas semuanya. Kecuali fase after marriage wkwk.

Oh, dan juga tentang anak SMK. Tentang mereka yang kebanyakannya setelah lulus langsung mencari kerja dengan hanya bermodal ijazah SMK dan sertifikat keahlian, serta modal sertifikat praktek kerja industri. 

Ya, dibuku ini tak dibahas secara khusus tentang itu, tapi kalian yang alumni SMK tetap bisa dapat pencerahan dari beberapa bab yang menyinggung tentang setelah lulus SMA tidak bisa lanjut kuliah, tapi tetap menuntut ilmu, mempelajari skill-skill baru, memaksimalkan kemudahan akses informasi dan kursus pelatihan online gratis/berbayar agar menjadi nilai tambah bagi kita sendiri.

Meskipun pada akhirnya semua itu akan kalah jika kita tetap ingin bekerja pada kantor yang mengutamakan sarjana menjadi syarat utamanya. Memang ada beberapa posisi dan kantor yang menetapkan sarjana menjadi syarat mutlak.

Tapi jangan berkecil hati. Karena kita sudah punya skill, kenapa kita tidak membuka peluang sendiri. Tak ada yang sia-sia jika kita sudah berusaha dan berserah pada Yang Maha Kuasa. Aku percaya itu.

Dan kalian juga akan menjumpai kisah ajaib yang dialami langsung oleh Bang Alvi, selaku penulisnya.

Aah, aku sangat merekomendasikan buku ini sebagai salah satu bacaan kalian yang masih bingung dengan masa depan dan agar kalian semakin penasaran, aku akan menyisipkan kalimat-kalimat yang mengena dari buku ini. Happy reading.

"Kita… hanyalah sekumpulan tulang-belulang yang terjebak dalam cerita yang tak kita inginkan." (Hal. 20).

"Bagiku, kesuksesan di dunia ini adalah bisa merasa cukup." (Hal. 33)

"Well, selamat datang di kehidupan; sebuah dunia di mana rintangan tak akan pernah berakhir. Kita selalu sok tahu tentang kehidupan. Mengira satu kondisi adalah satu-satunya solusi atas masalah kita. Namun, setelah solusi ditemukan, kita akan bertemu lagi dengan masalah baru. Begitu terus. Melelahkan memang." (Hal. 42)

"Kita tak pernah tahu akan jadi apa. Meski kita tahu kita ingin jadi apa. Kita tak pernah benar-benar tahu. Jadi, kita butuh belajar. Kita butuh ilmu." (Hal. 47)

"Kita tak ingin dibandingkan, tetapi kita terus membandingkan." (Hal. 66)

"Coba segalanya. Maksimalkan usahamu. Sampai tak ada pilihan yang tersisa selain.. ubah haluan." (Hal. 87)

"Kita tinggal di dunia yang tak sempurna; diisi oleh orang-orang tak sempurna; tetapi, menuntut kesempurnaan." (Hal. 114)

"Jadi, apa makna keluar dari zona nyaman jika ujung-ujungnya yang dicari juga kenyamanan?" (Hal. 178)

"Namun, di lubuk hati terdalam, kita diam-diam merasa butuh validasi orang-orang kalau kita memang sudah sukses dan bahagia." (Hal. 192)

"Dan, begitulah saat kita mati: Kita mengira telah mempersiapkan sebaik-baiknya, tetapi yang kita persiapkan hanyalah masa depan duniawi, melalaikan masa depan akhirat." (Hal. 197)

"Selama ini, kita selalu berpikir dan memperjuangkan agar memiliki hidup yang menenangkan. Sayangnya, kita lupa dan berjuang agar memiliki mati yang menenangkan." (Hal. 202)

"Kita tak pernah tahu akhir kisah seseorang. Kita bahkan tak tahu akhir dari diri kita. Jadi, tetaplah merendah." (Hal. 214)

"Maksudku, hidup ini penuh ketidakpastian dan kekecewaan." (Hal. 219)