Menjadi Ibu Berdaya Dengan ASUS Vivobook 14 OLED M1405

Menjadi Ibu Berdaya Dengan ASUS Vivobook 14 OLED M1405 - Sembilan bulan setelah resign dari pekerja kantoran, kemudian menjadi ibu rumah tangga memberi banyak perubahan pada hidup ku. Siapa sangka, kehidupan ku tahun lalu yang masih diisi dengan rutinitas kantor, sekarang diisi dengan urusan rumah tangga. Tentu aku menikmati fase ini dan bersyukur bisa diberi kesempatan merasakannya. Hanya saja, terbersit rasa rindu akan kehidupan ku dulu. Aku rindu bekerja, rindu berpacu dengan deadline, rindu makan siang dengan teman kantor, dan yang paling ku rindukan adalah 'sms cinta' yang mampir setiap bulan.

Nggak bisa dipungkiri jika terbiasa mandiri secara finansial kemudian berubah menjadi bergantung pada suami membuat ku menjadi tidak leluasa untuk membelanjakan uang. Belum lagi kebutuhan ekonomi semakin meningkat setelah punya anak. Huhu, sandwich gen menjerit. Goals yang ingin kami capai pun melambat progresnya.

Namun kembali ngantor masih belum jadi pilihan, aku nggak sanggup meninggalkan anak ku. Kalau bisa, aku ingin membersamainya disetiap tumbuh kembangnya. Tapi aku juga ingin kembali seperti dulu, bisa melakukan pekerjaan yang aku suka dan berdaya secara finansial. Aku harus bagaimana?

 

Berbekal potensi dan sisa kepercayaan diri, aku coba mencari info peluang kerja yang ramah untuk Ibu. Saat ini industri digital semakin maju dan berkembang, sudah banyak peluang pekerjaan baru yang bisa dikerjakan dari rumah, seperti freelancer dan yang terpenting bisa bekerja dari rumah. Wah, pekerjaan kayak gini nih yang ku cari-cari.

Tapi persyaratannya mewajibkan punya laptop sendiri, hm, namanya juga bekerja dari rumah ya. Sekarang aset untuk ku bekerja yang jadi masalah. Aku melirik laptop yang tergeletak di bawah meja, masih kuatkah ia diajak bekerja sama? Laptop itu sudah berusia 12 tahun, maklum saja kalau performanya jauh dari kata prima. Diajak menyusun skripsi saja hang dan mati sendiri, bagaimana nanti jika sering dipakai untuk meeting online? 

Ditengah hati yang gundah gulana, aku menghibur diri dengan mencari referensi laptop dengan spesifikasi terbaik untuk mendukung ibu-ibu seperti ku agar tetap bisa berdaya dari rumah memanfaatkan keahlian yang masih tersisa. Dan aku menjatuhkan pilihan pada….

source. www.asus.com

ASUS Vivobook 14 OLED M1405, Teman Berdaya Ibu

Wow, ini laptop gue banget!

Aku terkagum-kagum membaca spesifikasinya. Cocok banget jadi partner kerja ku nanti. Gimana nggak cocok, fitur yang dimiliki ASUS Vivobook 14 OLED M1405 sesuai dengan yang dibutuhkan para pekerja rumahan a.k.a freelancer, terutama Ibu dengan bayi kecil seperti ku. Laptop canggih ini pun dibanderol dengan harga 11 jutaan, sepadan dengan spesifikasinya yang mampu meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pekerjaan menumpuk cepat selesai, cuan pun menanti. Ihiy.

Hadir dengan performa yang lebih lancar dan bertenaga, ASUS Vivobook 14 OLED M1405 membuat semua kegiatan digital jadi lebih mudah berkat fitur layar berengsel 180°, cover fisik otomatis pada webcam dan tombol fungsi khusus untuk mengaktifkan dan menonaktifkan mikrofon. Fitur ini sangat bermanfaat buat pekerja yang sering meeting online. Selain itu touchpad lebih besar dan lebih nyaman digunakan, yang terpenting ada antimicrobial guard plus untuk melindungi bagian laptop yang sering disentuh.  Nah, mantap nggak tuh? Makin penasaran nggak sama detail fitur lainnya? Simak sampai selesai, ya!


Teknologi Visual Yang Jelas Namun Aman Untuk Mata

Sesuai taglinenya, Brighten Your Vision. Asus Vivobook 14 OLED M1405 ini memiliki layar yang sangat jelas dengan resolusi 1920:1200 dan lebih luas berkat layar NanoEdge tiga sisi dengan rasio aspek 16:10. Adanya teknologi OLED (Organic Light-Emitting Diode) layar ASUS OLED mampu mempertahankan kualitas visualnya seperti pada tingkat kecerahan 100% meskipun disetel dengan tingkat kecerahan yang rendah.

Teknologi ASUS OLED ini juga punya fitur Eye Care yang mampu mengurangi paparan radiasi cahaya biru pada mata hingga 70% dan dengan menggeser spektrum cahaya birunya layar ASUS OLED ini juga mampu mempertahankan kualitas dan akurasi warnanya. Psst.. layar ASUS OLED sudah mendapatkan sertifikasi low blue light dari TUV Rheinland. Pastinya sudah teruji kalau layar ASUS Vivobook 14 OLED M1405 ini ramah untuk mata freelancer yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan laptop.

source. www.asus.com

Nggak berhenti sampai disitu, visual penggunanya semakin dimanjakan dengan fitur customize color gamut yang dapat diatur sesuai kebutuhan kita. Misal, kita bisa pakai color gamut sRGB buat browsing materi konten, ya standar laptop biasanya lah ya atau pakai DCI-P3 untuk memberi pengalaman nonton film dengan warna yang lebih detail. Selain itu ada Display-P3 dan Native yang menambah variasi color gamut yang bisa kita customize sesuai maunya kita.

 

Anti Mati Sendiri Dengan Prosesor Bertenaga

Ditenagai dengan prosesor AMD Ryzen 7 7730U dijamin nggak akan ada lagi drama laptop hang atau mati sendiri yang ada malah semakin produktif dan multitasking dalam mengerjakan pekerjaan yang menumpuk. Prosesor ini memiliki konfigurasi 8 core dan 16 threads serta mampu berjalan hingga frekuensi 4.5 GHz.

Selain itu adanya kartu grafis AMD Radeon memungkinkan untuk beraktivitas maksimal dengan multimedia, ini sangat cocok untuk para freelancer yang sebagian besar pasti memakai tampilan visual atau pembuatan video untuk mendukung pekerjaannya. Sebab AMD Radeon mempunyai banyak ekstensi pendukung untuk membuat video beresolusi tinggi.

Penyimpanan ASUS Vivobook 14 OLED M1405 ini juga besar untuk menyimpan banyak data hingga 512 GB SSD dan 16 GB memori tambahan yang bisa kamu tambahkan melalui slot yang tersedia. ASUS Vivobook 14 OLED M1405 juga sudah support kecepatan WiFi 6E dan sudah terinstal Windows 11 Home.


Tampilan Elegan Dengan Keyboard Ergosense

Didesain dengan apik, ringkas dan ringan ASUS Vivobook 14 M1405 memiliki berat 1,6 kg. Masih oke buat ditenteng dengan satu tangan dan kalau dimasukkan ke dalam tas pun nggak sampai bikin pundak pegal. Tersedia dalam dua pilihan warna yaitu, indie black dan cool silver serta logo ASUS yang timbul dibagian sisi laptop membuatnya terlihat seperti badge yang menambah kesan elegan dan berkelas.


Untuk urusan konektivitas, ASUS sudah mendesain secara sempurna sebagai penunjang produktivitas dalam bekerja.

source. www.asus.com

Nggak sampai disitu, ASUS juga menghadirkan keyboard ergosense yang nyaman untuk dipakai mengetik sehari-hari. Kenyamanan ini penting untuk diperhatikan, karena aku pernah punya laptop yang di keyboardnya sudah ku ketikkan tulisan tapi saat muncul di layar masih missed beberapa huruf. Bukan typo ya, tapi hurufnya nggak muncul akhirnya harus mengetik ulang. Ini bisa terjadi karena desain tombol yang kurang presisi sehingga pantulan tombolnya tidak bekerja maksimal, kemudian rasio klik tombol keyboardnya juga nggak diperhatikan.

Beda sama ASUS yang memperhatikan hal sekecil ini. ASUS sedemikian rupa mendesain detail tombol di keyboardnya agar penggunanya dapat bekerja dengan nyaman dan maksimal. Selain itu lampu latar pada keyboard Vivobook 14 M1405 juga mampu diajak bekerja bahkan pada lingkungan yang redup.

source. www.asus.com


Anti Bakteri dan Virus Berkat ASUS Antimicrobial Guard Plus

Nggak hanya dari segi desain, ASUS juga memperhatikan kesehatan penggunanya dengan menghadirkan antimicrobial guard plus yang mampu menjaga area laptop agar tetap higienis dari virus dan bakteri seperti virus SARS-CoV-2 (COVID 19), H3N2 (influenza), dan bakteri E.coli. Hal ini sudah teruji menggunakan standar ISO 21702 (virus inhibition) dan ISO 22196 (bacteri inhibition).

Antimicrobial guard plus sendiri adalah pelapis permukaan pada laptop yang mengandung ion perak bermuatan positif untuk merusak struktur dan menghambat pertumbuhan virus dan bakteri lebih dari 99% selama periode 24 jam. Tanpa Antimicrobial guard plus 10.000 sampel sel virus dan bakteri tumbuh menjadi 28.000, tapi dengan antimicrobial guard plus sel virus dan bakterinya berkurang menjadi 16.


Fitur ini ramah untuk ibu yang berusaha menjaga kehigienisan diri dalam beraktivitas menggunakan laptop agar tetap higienis pula saat mengurus bayi dalam waktu bersamaan. Kalau kata Ibu multitasking, ngurus anak wajib, cari cuan harus. Hohohoho..


Laptop Aman, Privasi Terjaga

Meskipun bekerja dari rumah, menjadi freelancer juga punya faktor risiko. Laptop hilang, kegiatan diintip melalui webcam, atau suara bising saat online meeting bisa terjadi.

Namun risiko tersebut dapat diminimalisir dengan beberapa fitur yang dimiliki ASUS, seperti fingerprint sensor yang memudahkan kita membuka kunci dalam satu sentuhan. Praktis. Nggak perlu selalu ngetik kata sandi setiap ingin membuka laptop dan aman karena meskipun laptop kita dicuri atau hilang *amit-amit sih ini* seenggaknya si pencuri nggak bisa mengakses isi laptopnya.

source. www.asus.com

Adapun fitur pelindung webcam (physical webcam shield) yang bisa digeser sesudah pemakaian untuk menghindari orang jahil yang ingin mengintip aktivitas kita. Dan buat yang sering meeting online, ada fitur AI-Noise Canceling Technology yang mampu menyaring kebisingan di sekitar. Nggak mau kan, pas lagi presentasi dengan klien ada suara motor lewat atau kedengeran suara renovasi rumah tetangga. Wkwkwk.

 

Ketahanan yang Kuat dan Fast Charging

Kalau ini jangan ditanya, aku sudah sering mendengar testimoni kalau produk ASUS itu awet dipakai bertahun-tahun tanpa penurunan kinerja yang berarti. Apalagi ASUS Vivobook 14 M1405 ini sudah lulus uji 12 metode dan 26 prosedur pengujian ala militer, jadi jangan diragukan ketahanannya. Ditambah fitur fast charging yang mampu mengisi daya hingga 60% hanya dalam waktu 49 menit. Ampun deh mak, jadi semakin pengen punya ASUS Vivobook 14 OLED M1405!


ASUS Vivobook 14 OLED M1405, Solusi Untuk Ibu Berdaya Dari Rumah

Bagi ku menjadi Ibu itu membanggakan, namun dengan tetap bekerja membuat ku merasa lebih hidup. Sebab merasa terjebak pada rutinitas yang sama setiap harinya itu tidak enak. Pun dengan bekerja bisa menjadi sarana untuk menambah skill, pengetahuan dan pendapatan serta aktualisasi diri agar tetap berdaya dari rumah. Mempertimbangkan fleksibilitas bekerja sebagai freelancer, aku akan mencoba peruntungan melalui profesi ini.  Dan solusi untuk masalah ku tadi ya ASUS Vivobook 14 OLED M1405 dan inilah laptop terbaik ASUS versi gue.

"Laptop ASUS hadir dengan dilengkapi Windows 11 Home. Ketika pekerjaan menumpuk, laptop ASUS dengan Windows 11 siap membantu Anda menyelesaikannya. Laptop ASUS dengan Windows 11 yang lebih nyaman di mata, memungkinkan Anda mengekspresikan diri dan cara kerja terbaik Anda. Dan tidak hanya Windows 11 asli, tersedia juga genuine Microsoft Office 2021 untuk menunjang aktivitas Anda sepanjang hari."

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi ASUS Blog Writing Competition.

Referensi:

https://www.amd.com/en/products/apu/amd-ryzen-7-7730u

https://www.asus.com/id/laptops/for-home/vivobook/asus-vivobook-14-m1405/

5 Perubahan Ku Setelah Menjadi Ibu

  

 Tiga bulan setelah resmi menjadi Ibu, aku merasakan banyak perubahan dalam diri. Rasanya nano-nano. Aku bersyukur diberi kesempatan dan kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi Ibu, hanya saja adanya perubahan ini membuat ku sempat mengalami baby blues difase awal. Apalagi setelah persalinan, hmm rasanya mantap. Tidak dapat didefinisikan.

    Aku sempat syok dengan pemulihan pasca persalinan dan perubahan pada tubuh ku pasca bersalin pervaginam. Orang-orang selalu membanggakan kalau persalinan normal itu lebih cepat pulih dibanding sc, bisa beraktivitas normal dan ya kehidupan mu bisa kembali seperti sedia kala tanpa bayang-bayang luka di perut.

    Hm, mungkin bukan luka di perut, tapi hei, jangan lupa robekan perineum. Melahirkan normal dengan luka robek pada perineum, membuat hidup ku nggak baik-baik saja. Aku harus hati-hati saat berjalan, duduk dan beraktivitas agar jahitannya tetap aman. Aku belum tahu untuk efek jangka panjangnya gimana, tapi yang ku rasa setelah tiga bulan, nyut-nyutan pada area yang dijahit masih terasa, apalagi jika mengangkat beban berat dan masih was-was saat beraktivitas yang perlu membuka paha lebar.

    Baiklah, karena ini membahas tentang perubahan setelah menjadi Ibu. Disini aku akan merangkum 5 perubahan yang ku alami setelah menjadi Ibu, apa saja itu?


  1. Waktu tidur, me time dan pacaran berkurang    

source: pexels.com

    Sedari hamil 36 minggu, aku menyadari bahwa setelah melahirkan nanti hidup ku nggak akan sama lagi. Jam tidur ku pasti berkurang. Aku nggak kaget lagi dengan itu. Tapi untuk me time dan pacaran dengan suami?


    Ku pikir, pasti bisa kok, me time kalau anak tidur atau bisa kok me time kalau anak dijagain kerabat. Nyatanya nggak semulus itu. Begitu ada waktu bebas dari anak, aku harus menyelesaikan pekerjaan rumah. Meskipun dibantu suami, tetap saja rasanya melelahkan. Sekarang boro-boro mau me time ke spa, bisa tidur siang dan dengar musik favorit saja sudah menjadi hal yang mewah buat ku. Huhuhu.


    Pernah suatu waktu aku punya waktu luang sendirian beberes rumah, aku inisiatif menyetel lagu biar semangat. Dari situ aku baru menyadari kalau sejak jadi Ibu aku belum pernah lagi mendengar lagu favorit ku. Bahkan lagu yang viral atau baru rilis dari penyanyi terkenal saja aku sudah nggak update. Jadilah saat itu energi seperti direcharge kembali.


    Setelah menjadi Ibu juga hubungan ku dengan suami diuji. Kami yang biasanya hidup like a fairytale dengan rutinitas sesuka kami berdua, sekarang nggak bisa seperti dulu lagi. Perbedaan pendapat dan cekcok lebih banyak terjadi. Aku jadi seperti tidak mengenali suami sendiri karena banyak hal yang sebelumnya sejalan, sekarang jadi berbeda. Aku sempat frustasi. Punya anak bukannya menyatukan malah membuat berbeda pandangan, pikir ku putus asa. Namun ku buang jauh-jauh pemikiran itu, karena setelah disadari waktu kami untuk berduaan memang sangat berkurang. Solusinya aku membangun bonding lagi dengan suami, seperti membuatkan makanan kesukaannya dan deep talk saat anak tidur. Membicarakan semua yang kami rasakan setelah ada anak dan menyusun kembali rules dan rencana untuk ke depannya seperti apa. Cara ini berpengaruh positif untuk hubungan kami.



  1. Progres untuk diri sendiri melambat    

source: pexels.com

    Sebelumnya aku orang yang cukup ambisius. Aku punya target harian, mingguan, bulanan sampai tahunan. Seperti itu guna memastikan apa yang aku inginkan bisa tercapai. Namun berbeda saat sudah menjadi Ibu. Anak jadi prioritas baru. Hal ini membuat apa yang aku targetkan melambat progresnya.


    Misalnya saja seperti saat aku ingin menyelesaikan materi dan challenge di Jika Ibu Menjadi, aku pasti bisa menyelesaikannya dalam satu hari kalau saja aku berada di kehidupan sebelumnya. Berbeda dengan saat ini, aku hanya bisa melakukan kegiatan untuk diri ku saat anak tidur dan pekerjaan rumah selesai. Itu pun kalau nggak ketiduran. Memang butuh kemauan dan tekad yang kuat jika ingin bertransformasi kembali menjadi wanita berdaya setelah menjadi Ibu.



  1. Motivasi untuk kuat semakin besar    

source: pexels.com

    Kalau dulu, aku nggak pernah skip tidur siang. Bahkan saat masih bekerja pun aku selalu menyempatkan diri untuk tidur siang. Aku meyakini dengan tidur siang, energi untuk melanjutkan aktivitas terisi kembali.    


    Lalu semua berubah setelah menjadi Ibu. Jangan kan mau tidur siang, bisa ketiduran bentar aja udah syukur. Waktu istirahat yang berkurang, membuat ku sempat mengalami flu. Bayangin gimana rasanya flu pas lagi menyusui si kecil. Aku sangat merasa bersalah, takut dia ketularan. Disisi lain, aku juga nggak bisa minum obat sembarangan. Pemulihan yang bisa diandalkan hanyalah makan makanan bergizi, mencukupi kebutuhan cairan dan tidur yang cukup. Poin ketiga ini yang memperlambat penyembuhan.


    Seolah tidak sejalan dengan keadaan, aku tetap berlaku kuat untuk mengurusi kebutuhan manusia mungil ini daripada memperhatikan kondisi ku sendiri. Entah dorongan apa yang ada dalam diri ku, tengah malam saat ia menangis karena lapar atau pampers penuh aku tetap bisa bangun untuk mengurusnya. Atau saat si kecil bangun jam 4 pagi, aku juga bangun untuk menemaninya. Padahal mata sudah 5 watt, setelahnya bukannya istirahat, aku lanjut mengerjakan pekerjaan rumah. Aku jadi bertanya-tanya, kok aku kuat ya? Rasanya seperti menerjang tembok pembatas diri. Pantas saja Ibu itu disebut sebagai wanita tangguh.



  1. 'Dipaksa' berubah menjadi lebih baik 

source: pexels.com

    Aku termasuk orang yang cukup pemalas dan suka menunda. Tapi setelah punya anak aku jelas nggak bisa membawa kebiasaan buruk itu lagi. Aku dipaksa bangun ketika raga masih ingin berdiam dibalik selimut, tapi si kecil rewel minta digendong. Mau nggak mau, suka nggak suka, aku pasti menuruti permintaannya.


    Kebiasaan-kebiasaan baru itu ketika dipaksa membuat ku jadi terbiasa. Terbiasa untuk tidak mengeluh ketika keadaan sedang tidak berpihak, terbiasa untuk tenang menghadapi tingkah si kecil. Ya, banyak hal baru yang ku pelajari dan membuat ku merasa lebih baik sekarang. Setelah mencoba, ternyata tidak terlalu buruk.



  1. Kehilangan kepercayaan diri    

source: pexels.com

    Entah karena semakin jarang bertemu orang baru atau karena memang aku introvert. Sekarang aku merasa jadi orang yang pesimis, sensitif, suka overthinking dan kehilangan kepercayaan diri. Setiap mau bertemu orang baru atau mempelajari hal baru, rasanya otak ku sibuk memikirkan segala kemungkinan yang belum terjadi. Aku ngerasa tertinggal, nggak pantas, nggak punya kemampuan dan menyedihkan. Huhuhu.


    Apalagi kalau ada yang nyeletuk, "duh sayang banget berhenti kerja cuma karena lahiran, kebutuhan sesudah punya anak itu semakin besar loh, apa nggak sayang.. mana sekarang cari kerja susah."


    Ya, sayang, tapi mau gimana lagi. Orang-orang mana tahu apa yang aku hadapi. Jika hidup adalah tentang pilihan dan pengorbanan, maka ini adalah pilihan yang harus ku korbankan. Bisa dibilang, tahun ini aku berada di situasi penting dengan tantangan dan pilihan hidup baru. Melahirkan, menyelesaikan kuliah, dan tetap bekerja. Semuanya memiliki tanggung jawab dan konsekuensinya masing-masing. Pada akhirnya kembali lagi pada kemampuan diri, aku nggak bisa mengambil semua peran dan tanggung jawab itu bersamaan. Memang harus ada yang dikorbankan.  

 

    Bekerja itu menyenangkan, membuat ku lebih dihargai dan tentu saja cuannya legit untuk berfoya-foya, tapi aku nggak yakin bisa menyelesaikan skripsi tahun depan dan aku nggak mau anak ku kurang perhatian ibunya di fase awal kehidupannya. Pekerjaan bisa dicari, tapi tumbuh kembang seorang anak nggak datang dua kali. Prinsipku, rezeki nggak akan tertukar selama kita berusaha. Hohoho emak coba menghibur diri.


    Sekian itulah 5 perubahan yang aku rasakan setelah menjadi Ibu. Everything like 'new challenge unlocked' everyday. Meskipun dunia ku terasa melambat, tapi aku senang menjadi orang yang paling dibutuhkan oleh si kecil.

Cerita Persalinan Anak Pertama

dok. pribadi

"Karena setiap Ibu punya cerita perjuangan sendiri dalam persalinannya."

Proses persalinan anak pertama menjadi hal yang nggak terlupakan. Meskipun tetap ada drama, aku bersyukur bisa merasakan proses menjadi Ibu. Begini ceritanya…


***

sumber: www.pexel.com

36 minggu.


Memasuki minggu-minggu terakhir trimester tiga, aku mulai mempersiapkan banyak hal untuk menyambut dedek bayi. Perlengkapan bayi, perlengkapan bersalin sampai USG untuk memastikan kondisi dan posisi bayi. Saat USG dokter berpesan, "harus semakin dirutinkan ya olahraganya, minimal jalan kaki sama kurangi makanan & minuman manis biar bayinya nggak terlalu besar. Di minggu ini berat janin sudah 2,6 kg."


Pesan yang sama juga dikatakan oleh bidan tempat aku kontrol bulanan, "persalinan kamu mungkin berisiko karena tinggi badan dibawah 145 cm, tapi kalau berat janin dibawah 3 kg mungkin masih bisa diusahakan normal." Apalah daya tinggi ku hanya 144 cm.


Tapi aku nggak menyerah, demi tujuan ingin melahirkan normal, apapun itu ku usahakan. Ya meskipun aku benar-benar rutin melakukannya di minggu ke 37 hohoho.


***

37 minggu.


Persalinan sudah terhitung normal dilakukan di minggu ini, begitu penjelasan dari video youtube yang aku tonton. Serta banyak juga cerita dari beberapa teman dan kerabat yang persalinannya maju beberapa minggu dari HPL, terutama jika anaknya laki-laki dan anak pertama.


Aku pun semakin mempersiapkan diri, mana tahu persalinan ku juga akan maju dari HPL. Aku sedikit percaya diri karena aku mengandung anak pertama laki-laki, ditambah lagi aku mulai rutin berolahraga di minggu ini. Ah, rasanya semakin tidak sabar menunggu si dedek.


***

38 minggu.


Memasuki minggu ke 38, masih belum ada tanda-tanda persalinan. Aku masih positif thinking sambil semakin gencar merutinkan jalan kaki dan bermain gym ball. Setelah di minggu sebelumnya sering bolong hehehe. Aku juga mulai rajin makan kurma. Konon, dari informasi yang aku baca kurma mampu memicu kontraksi dan memperlancar persalinan.


Baiklah, aku harus konsisten.


***

39 minggu.


Masih belum ada tanda-tanda melahirkan, padahal napas sudah engap. Aku mulai lelah. Satu minggu lagi HPL, tapi nggak ada tanda dedek mau keluar. Pikiran overthinking ku mulai liar, "apa aku nggak normal ya, nggak melahirkan maju dari HPL?"


Pikiran aneh itu emang nggak berdasar ilmiah, namanya juga overthinking. Hanya karena beberapa orang sekitar ku yang punya anak pertama laki-laki melahirkan maju dari HPL, aku jadi berpatokan pada hal tersebut.


Beruntung di saat seperti itu, suami suportif dan berusaha untuk selalu ada supaya pikiran ku nggak semakin liar dengan sering ngajak jalan dan nonton film bersama. Pokoknya kami menikmati waktu berdua selagi perhatian masih belum terbagi pada dedek utun nanti. Kalau ingat momen ini, i feel like full of love hohoho. Overthinking? Jauh jauh gih..


20 Juni 2023. Dini hari.


Jam 3 subuh selesai BAK, aku kaget melihat lendir berwarna merah kecoklatan. Setahu ku ini salah satu ciri melahirkan. Apa aku akan melahirkan hari ini?


Segera aku menghubungi bidan. Paginya selesai dicek, masih pembukaan satu. Aku waspada. Suami apalagi. Dia sampai mengambil cuti lebih awal.


Karena merasa persalinan sudah dekat, suami mulai mengabari beberapa keluarga. Namun seharusnya dia nggak melakukan itu, kami malah membuat orang-orang khawatir. Aku jadi semakin stres ditanyai kapan lahiran terus. Sebab setelah pembukaan satu, setelahnya nggak ada ciri apa-apa lagi. Semua berlalu seperti biasa. Aku masih bisa beraktivitas, kontraksi pun masih datang dan pergi. Aku bingung kenapa nggak ada muncul ciri lagi.


Malam besoknya, di waktu yang sama. Jam 3 subuh, aku merasakan kontraksi yang lebih sakit dari sebelumnya. Segera malam itu kami ke tempat praktek bidan. Sayangnya pernyataan malam itu membuat aku down, bagaimana nggak? Sudah hampir dua hari setelah pembukaan satu, AKU MASIH PEMBUKAAN SATUU!!!


"Bayinya sudah semakin turun, tapi mucus plugnya cukup tebal di mulut rahim. Mungkin ini penyebab kenapa dari kemarin, pembukaannya nggak bertambah," begitu kata bidan.


Oke, PR ku adalah menyingkirkan lendir mucus plug ini dari mulut rahim agar si kecil bisa keluar. Semangat💪


Jalan kaki pagi dan sore, HB, main gym ball, semuanya ku lakukan. Tapi dirasa-rasa perkembangan kontraksi ku nggak bertambah, sementara pertanyaan dari kerabat kian membanjiri chat wa. Aku nggak sanggup buka aplikasi wa lagi. Bawaannya pengen nangis, karena nggak bisa memberi jawaban memuaskan. Nggak tahu kenapa perasaan jadi lebih sensitif.


Hingga malam itu, setelah jalan sama suami. aku mulai merasa kontraksi semakin sakit dan intens. Tapi masih ku abaikan. Paling kontraksi palsu lagi, pikir ku. Kami pun lanjut tidur.


Jam setengah 2 malam. Setelah berganti hari ke Jumat, 23 juni 2023. Aku merasa seperti ada yang meletus saat berpindah posisi tidur dan rasa ingin buang air kecil yang nggak tertahankan. Kontraksi juga semakin intens. Aku coba meredakannya dengan bermain gym ball, tapi hal itu membuat air yang ku pikir air kencing ternyata ketuban malah keluar semakin deras. Suami pun langsung sigap mengantar ke bidan.


Jam 3 dini hari, sepanjang jalan menuju rumah bidan air ketuban ku rembes. Sesampainya  dicek pembukaan, ternyata sudah pembukaan 2 menuju 3. Kami disarankan untuk stay ditempat.


Menit demi menit kontraksi datang semakin sakit, semakin intens, dan semakin membuat ku tidak tenang. Hal yang bisa aku syukuri, proses dari pembukaan 2 sampai ke 10 itu tidak lama. Hanya 3,5 jam, tapi rasa sakitnya, hm, jangan ditanya.


Proses paling lama menurut ku adalah ketika mengeluarkan bayi dari jalan lahirnya. Napas ku tidak panjang, teknik melahirkan ku masih salah. Namanya juga pertama kali. Proses yang cukup lama itu membuat ku hampir putus asa, tapi demi melihat dedek bayi yang lucu aku tetap berjuang. Akhirnya berkat doa dan dukungan suami, orang tua dan keluarga juga kerja keras bidan dalam membantu proses persalinan, tepat pukul 07.50 WITA putra pertama kami lahir.


Rasanya nano-nano saat melihat dan mendengar suara tangisan pertamanya. Semua rasa bercampur jadi satu dan nggak bisa ku deskripsikan. Perihnya jahitan perineum pun teralihkan saat melihat manusia mungil itu di ranjang bayi.


sumber: www.pexel.com


Terima kasih adek sudah mau hadir di kehidupan kami. Kami akan terus berusaha memberi cinta dan kasih sayang terbaik yang bisa kami berikan. Mari berjuang bersama mengarungi kehidupan yang fana ini.


Dan sejak hari itu, hidup ku berubah.


To be continued ….