Jaga Hutan Jaga Kehidupan



Apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika mendengar kata ‘hutan’ ?


Sebuah tempat hijau. Nyaman. Sejuk. Berburu. Menyeramkan.


Begitulah kira-kira jawaban dari beberapa teman instagram ketika aku mengajukan pertanyaan serupa menggunakan salah satu fitur yang ada. Entah jawaban jujur atau hanya sekadar bercanda, menurut ku hutan jauh lebih berarti dari itu semua.


Dari dulu aku selalu tertarik dengan topik tentang alam dan lingkungan, termasuk salah satu diantaranya adalah tentang hutan. Aku juga sangat bersyukur karena lahir dan besar di Kalimantan, yang mana menjadi salah satu paru-paru dunia karena luas hutannya. Pun jika diajak berpetualang ke hutan, aku pasti paling bersemangat. Meski begitu, aku hanya pernah melakukan perjalanan menyusuri hutan 3 kali saja. Semoga suatu saat nanti akan terus bertambah.


Perjalanan pertama kali ketika masih duduk dibangku SMK, saat itu aku dan teman sekelas ingin berwisata ke salah satu air terjun di Balangan. Perjalanannya cukup panjang, apalagi menuju ke air terjunnya sendiri harus melalui hutan terlebih dahulu. Sempat terlintas dipikiran ku, bagaimana kalau nanti kami bertemu ular atau binatang buas lainnya, tapi pikiran itu ku buang jauh-jauh. Toh, aku tidak sendirian disini dan pula air terjun tersebut merupakan salah satu destinasi tujuan wisata jadi area hutan yang akan kami lalui dapat dipastikan aman asal tak berjalan keluar dari jalur. 



(dok. pribadi)


Perjalanan lain adalah saat ke Loksado-Hulu Sungai Selatan beberapa tahun lalu. Tempat ini berada dalam satu rangkaian pegunungan Meratus, hutannya pun masih terjaga sehingga hawa sejuk pegunungan terasa begitu damai ketika sudah sampai disini. Selain itu, Loksado juga terkenal dengan wisata bamboo rafting dan beberapa air terjunnya, tak mengherankan jika Loksado jadi salah satu tujuan destinasi bagi wisatawan domestik dan mancanegara.


Agenda ku kesini sebenarnya karena acara outbound dari kantor selama dua hari satu malam. Sebelum memutuskan untuk ikut, aku sempat ragu karena belum pernah sama sekali ke Loksado. Dalam bayangan ku, tempat ini masih primitif sehingga bermalam disini rasanya seperti bermalam di alam liar. Ternyata dugaan ku salah besar.


Loksado berkembang sebagai kawasan wisata yang bagus dengan fasilitas yang cukup lengkap, penginapan dan villa yang ditawarkan pun sangat menarik. Termasuk villa tempat kami bermalam ini, depannya dilalui aliran sungai Amandit yang cukup deras. Riak air pun masih terdengar dari dalam villa, rasanya persis seperti mendengar suara deburan ombak pinggir pantai. Menenangkan.


Besok paginya, kami mengunjungi air terjun sekitar sini dengan berjalan kaki. Jaraknya cukup jauh, tapi pemandangan disepanjang jalan tak membuat ku merasa lelah karena selalu saja ada hal yang menarik perhatian ku. Salah satunya aktivitas penduduk (suku dayak) yang sedang menjemur rempah-rempah hasil hutan, seperti kayu manis, kemiri, lada dan berbagai macam rempah dapur lainnya.


Kami berjalan terus masuk ke dalam hutan dengan jalan yang mulai menanjak, dari sini mulai terdengar suara tonggeret dan kicauan burung. Bahkan jika sedang beruntung, bisa saja bertemu bekantan. Namun sayangnya hari itu bukan hari keberuntungan kami.  Perjalanan terus berlanjut mengikuti jalan setapak menuju air terjun, sambil sesekali kami juga bertemu warga yang baru saja turun dengan memikul sekeranjang penuh kayu manis. Sungguh betapa kehidupan disini sangat bergantung pada hasil hutan.


Suara gemericik air terjun sudah terdengar, aku mempercepat langkah sambil berjalan hati-hati melalui aliran air dengan bebatuan yang cukup licin. Sesekali ada beberapa ikan kecil berenang disekitar kaki ku. Tak berapa lama terpampang lah pemandangan di depan ku. Sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi dikelilingi pepohonan hijau membuat sejuk suasana. Airnya pun segar. Memang tak sia-sia melakukan perjalanan kesini. Melihat pemandangan yang ada membuat rasa lelah hilang seketika, aku hanya berharap semoga apa yang ku rasakan saat ini bisa terus bertahan lama, tak hanya dinikmati oleh kita, tapi bisa dinikmati sampai anak cucu kita nanti.



(dok. pribadi)

Dari sini aku menyadari bahwa hutan bukan suatu hal yang mengerikan, tapi bukan pula untuk diremehkan sehingga tidak perlu waspada saat bertandang ke hutan. Adapun rasa sejuk dan tenang yang dirasakan hanya segelintir manfaat dari adanya hutan, oksigen yang dihirup, serta bumbu rempah didapur kalian hampir sebagian besar berasal dari hutan. Flora, fauna dan manusia secara berkesinambungan membentuk suatu ekosistem yang tak bisa terlepas dari hutan, bahkan penduduk yang tak berada dekat dengan hutan pun turut merasakan manfaatnya. Jika memang sudah sangat sebergantung ini, lantas masih kah kita tega untuk membiarkan luas hutan yang semakin berkurang setiap tahunnya?


Dilansir dari kbr.id, menurut data BPS luas tutupan hutan yang hilang di Indonesia dalam periode waktu 2014 sampai dengan 2018 berkurang sekitar 1,4 persen atau sebesar 2.685.012 hektare dalam kurun waktu lima tahun dan ini terjadi hampir diseluruh pulau di Indonesia. Khususnya bagi penduduk Sumatera dan Kalimantan sendiri pasti sudah tidak asing dengan kabut asap hasil kebakaran hutan yang hampir menjadi langganan setiap musim kemarau tiba. Meskipun ada beberapa faktor lain yang jadi penyebab berkurangnya luas hutan antara lain peristiwa alam, penebangan hutan, reklasifikasi lahan hingga pertumbuhan penduduk.


Melihat itu semua, penggiat lingkungan dan sejumlah relawan berinisiatif bahu membahu untuk mempertahankan hutan yang ada sehingga lahirlah Hari Hutan Indonesia pertama yang jatuh pada tanggal 7 Agustus 2020. Hari Hutan Indonesia bertujuan sebagai momen refleksi agar hutan yang ada perlu dijaga bersama oleh setiap orang agar tetap ada, selain itu juga sebagai ajang untuk gotong royong menyuarakan ke khalayak yang lebih luas lagi akan pentingnya kesadaran dalam menjaga hutan dan peran hutan terhadap berlangsungnya kehidupan di bumi.



Hari Hutan Indonesia (sumber : instagram hutanituid)


Saat ini sudah ada beberapa program menjaga hutan jarak jauh untuk kalian yang belum bisa terjun langsung dalam kegiatan menjaga hutan dan tempat tinggalnya jauh dari hutan, diantaranya adopsi hutan dan mengasuh pohon. Adopsi hutan adalah program donasi untuk membantu masyarakat penjaga hutan Indonesia. Dana yang terkumpul akan digunakan lembaga masyarakat setempat untuk patroli hutan desa/adat, modal wirausaha produksi hasil hutan non-kayu dan klinik kesehatan warga. Sedangkan pohon asuh adalah program yang memberi kita kesempatan untuk mengasuh pohon di hutan yang sudah dipelihara masyarakat sekitar. Kalian juga bisa menjadikan pohon asuh ini sebagai hadiah untuk orang terkasih.


Adopsi hutan dengan donasi (sumber : instagram hutanituid)


Langkah Mengasuh Pohon (sumber : instagram hutanituid)


Manfaat Mengasuh Pohon (sumber : instagram hutanituid)


Melalui berbagai program ini diharapkan kita semua dapat terus berpartisipasi dalam menjaga hutan, karena menjaga hutan jaman now bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Selain itu masih ada banyak lagi rangkaian acara menarik dalam memeriahkan Hari Hutan Indonesia yang berlangsung sampai tanggal 31 Oktober 2020 nanti. Kalian bisa follow instagram hutanituid dan subscribe youtube Hari Hutan Indonesia agar tidak ketinggalan update info terbaru mengenai jadwal acaranya, selain itu ada banyak sekali narasumber dan pengisi acara dari berbagai kalangan yang turut berpartisipasi. Makanya jangan sampai ketinggalan dan terus sebarkan kesadaran kepada yang lainnya agar terus menjaga hutan.





Salam hutan lestari!



Sumber :

1. kbr.id : https://m.kbr.id/nasional/12-2019/periode_pertama_jokowi__luas_hutan_indonesia_berkurang_2_6_juta_hektare/101770.html#:~:text=%22Luas%20tutupan%20hutan%20yang%20hilang,di%20semua%20pulau%20di%20Indonesia.

2. Instagram hutanituid : https://instagram.com/hutanituid?igshid=1sgzlxoikwfe6

3. Youtube Hari Hutan Indonesia : https://www.youtube.com/channel/UC9ZTR-RxXf-HKZl2f-QehJw

4. Foto background : MI/Denny Susanto

5. Pohon Asuh : https://pohonasuh.org/

#FBBKolaborasi Bincang Blogger Bersama Ruli Retno

Halohaa..

Setelah sekian lama, aku kembali hadir dengan tema tulisan baru yaitu bincang blogger. Tema ini hadir untuk meramaikan FBB Kolaborasi bulan Juli. Berbeda dari bulan-bulan sebelumnya, kali ini FBB Kolaborasi mengangkat topik mengenal lebih dekat dengan anggota FBB itu sendiri. Dalam FBB Kolaborasi kali ini aku berkesempatan untuk berbincang bersama Mba Ruli Retno Mawarni, salah satu founder FBB. Selain founder FBB, beliau juga aktif di kegiatan sosial lain seperti SAYDA (Sayangi Anak Yatim dan Dhuafa) dan GPL (Gerakan Peduli Lansia).  Sstt.. dua kegiatan sosial tersebut beliau juga foundernya loh.

Dan satu lagi, Mba Ruli juga aktif sebagai koordinator team media di halalcorner.id. Tentu saja, kalian bisa menemukan cerita keseharian Mba Ruli di blog pribadinya www.ruliretno.com dan beberapa media sosial lain, seperti instagram dengan username ruliretno.



Okey, langsung aja kita ke Mba Ruli. Halo, Mba Ruli, apa kabar? Gimana kesehariannya nih, kesibukannya sekarang apa aja?

Halo juga, Helka. Alhamdulillah masih diberi kesehatan meskipun ditengah pandemi seperti ini ya, hm, kesibukan ku saat ini pastinya jadi IRT, tapi masih tetap handle SAYDA & GPL, kegiatannya masih tetep running sampai saat ini loh. Selain itu, di halalcorner.id juga masih aktif. Selebihnya ya ngeblog.

 

Banyak juga ya kegiatan sosial yang Mba Ruli ikuti, terus untuk ngeblog sendiri gimana, Mba, apakah punya waktu khusus untuk ngeblog?

Ga punya sih, kapan pun mau nulis ya nulis. Bahkan sambil jalan di mall, misal nunggu jadwal bioskop gitu tetep bisa nulis. Tapi biasanya aku lebih memilih menyelesaikan tugas utama ku dulu, sebagai istri dan ibu sama ibadah juga, baru megang blog dan kegiatan lain.

 

Wow, hampir tidak ada waktu yang terbuang percuma sama Mba Ruli, lantas perkenalan Mba Ruli sendiri dengan dunia blog itu awal mulanya gimana, Mba?

Hahah gak mikir kesitu juga sih padahal, cuma kadang pas lagi nunggu atau lagi diem gitu ada aja ide nulis yang muncul. Takut hilang idenya, aku tulis aja. Nanti begitu ada waktu baru aku kembangkan lagi dan finishing.

Kalau cerita awal aku kenal blog itu sejak 2008, langsung punya blogspot tapi isinya cuma cerita alay masa kuliah, setelah resign kerja jadi IRT lalu aku memutuskan untuk lanjut ngeblog lagi tapi tulisan alaynya udah dihapusin, semua diganti jadi tulisan yang lebih bermanfaat.

 

Oalah, berarti Mba Ruli ngeblog udah sekitar 12 tahunan dong ya, meskipun sempat hiatus juga. Selama itu, pernah ngga sih Mba, ngerasa jenuh atau bosan? Sampai rasanya males buat ngeblog lagi?

Rasa jenuh dan bosan itu pasti ada ya, berkali-kali malah. Tapi aku ga pernah mau pergi dari blog.

 

Kenapa gitu, Mba? Apakah ngeblog itu jadi sebuah candu yang ngga bisa ditinggalin meskipun udah bosan wkwk

Hahaha, ngga juga, biasanya aku kalau lagi bosan bener-bener ngga mau nulis dulu sampai moodnya datang lagi, ngerjain hobi lain aja. Misalnya gardening, masak, begitu dulu sampe mau nulis lagi. Biasanya kalau sudah lewat jenuhnya, akan kembali rindu menulis dan mood datang lagi. Ngga pernah berniat untuk pergi lama dari blog sih, apalagi kalau sedang ada kontrak kerja nulis, mau nggak mau ya dilawan dulu aja rasa bosannya.

 

Jadi blogger ini challenging juga ya Mba, meskipun website tersebut punya kita sendiri, tetep ada tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain untuk membesarkan blog kita, juga demi para pembaca setia dan client hehe. Nah, untuk Mba Ruli sendiri kan dulunya pasti berawal dari blogger pemula juga, masih belum ngerti sama seluk beluk blog. Saat itu, Mba Ruli belajar dari mana? Apakah Mba ikut kelas khusus untuk blogger pemula?

Aku belajar sendiri sih, otodidak, sambil nyimak sharing dari para suhu juga, terus searching sendiri mengenai kendala yang aku hadapi selama ngeblog. Kelas blogger sendiri, jarang aku temuin. Kalau pun ada, kebanyakannya offline dan lokasinya ada di Pulau Jawa.

 

Iya sih, Mba. Emang jarang ada kelas blogger, apalagi yang online ya. Makanya aku lebih suka mantengin blog yang isinya banyak tentang tips blogging hehe. Mba Ruli sendiri juga udah cukup lama malang-melintang di dunia blogger kan, selama itu ada suka dukanya tersendiri ngga Mba? Tantangan terbesar selama Mba Ruli ngeblog gitu?

Tentunya ada dong, apalagi sukanya banyak banget. Nambah temen dan relasi pastinya, pundi-pundi rupiah juga salah satu bonus, menang lomba nulis dan membantu mencegah stres. Hm, kalo dukanya ada sih, tapi nggak begitu mendalam, paling cuma kalah lomba blog, terus sedih karena ilmunya ngga nambah-nambah. Kalau tantangan terbesar yang aku hadapi selama ini sih, manajemen waktu dan manajemen mood.

 

Kayanya manajemen mood ini jadi masalah hampir semua blogger yak hoho, aku kadang juga gitu. Udah selama ini ngeblog, adakah target yang masih belum tercapai Mba?

Pastinya ada, aku tipe orang yang nggak pernah puas di satu titik. Diantaranya pengen punya DA & PA bagus dan adsense yang gede, pengen punya tulisan yang bermanfaat bagi sejuta umat dan pengen jadi langganan pemenang lomba blog. Aamiin.

 

Aamiin, semoga apa yang Mba Ruli targetkan bisa tercapai semua ya. Terus harapan atau pesan Mba Ruli buat para blogger, terutama yang ada di Kalimantan Selatan nih?

Dari dulu sebenernya banyak blogger dari kota lain diluar Kalsel yang pengen gabung di komunitas FBB sendiri tapi kami ngga menerima, setidaknya yang gabung FBB harus domisili Kalsel atau domisili tempat lain tapi keturunan orang Banjar. Tujuan utamanya tentu saja untuk memajukan wanita (blogger) Kalsel. Dan ternyata benar, setelah FBB terbentuk nampaklah siapa-siapa blogger yang punya prestasi, meskipun ngga semuanya berprestasi dibidang blogging aja tapi keliatan bahwa wanita Kalsel ternyata ngga kalah keren sama perempuan dari kota besar lainnya. Bahkan untuk di Kalimantan sendiri, FBB cukup menonjol dan mampu bersaing dengan blogger lain.

Harapan ku untuk blogger Kalsel semoga semakin berprestasi, wanita Kalsel bisa juga sekeren wanita lain dikota besar sana, blogging bisa jadi sarana yang tepat untuk mengembangkan skill, menambah cuan, dan pelarian dari stres kehidupan hahaha. Segitu aja mungkin ya.

 

Huaaa, terharu aku tu, sekaligus bangga bisa diterima dikomunitas ini. *peluk Mba Ruli*

Terima kasih ya, Mba, atas waktunya. Terakhir nih, siapa aja blogger favorit Mba Ruli?

Blogger favorit aku itu Langit Amaravati, Pungky Prayitno, Carolina Ratri, Mira Sahid, etc. Masih banyak sih, sebenernya, yang aku sebut itu cuma beberapa.

 

Mantap, Mba. Mungkin sekian dulu bincang blogger kita bersama Mba Ruli Retno. Semoga ada faedah yang bisa diambil dari perbincangan kita kali ini, sampai jumpa lagi dilain kesempatan.

 

Cheers,

Helka.


Lari Dari Kesibukan

Rutinitas bisa mematikan kreativitas, begitu kata salah seorang penulis.

Benar saja.

Sehari setelah memutuskan untuk mengambil cuti, aku sempat bingung akan melakukan apa. Mulai dari mana. Padahal 3 bulan telah berlalu dari sejak terakhir aku mengambil cuti, cukup banyak waiting list kegiatan yang ingin ku kerjakan yang tertunda karena rutinitas.

Membuat bunga flanel, menyelesaikan tugas kuliah, update tulisan di blog, memulai bisnis sampingan, membaca buku, menonton film atau kdrama series yang lagi hits, mempelajari skill baru sampai merawat tanaman mint yang baru ku beli beberapa hari lalu.

Aih, banyak kali ingin ku. Ingin ku masih terlalu idealis ditengah suasana krisis. Tentu tak semua bisa ku kerjakan bersamaan.

Sejak akhir tahun 2019, rencana yang aku susun semuanya terbengkalai begitu saja. Aktivitas ku di dunia blogger yang sudah mulai tertata dan blog ku mulai bernyawa, terpaksa hiatus kembali.

Bahkan kegalauan saat itu kian memanjang sampai sekarang, itulah mengapa aku memutuskan untuk mengambil cuti. Rehat sejenak dari rutinitas. Mencoba kembali bangkit, mengumpulkan potongan yang telah lama berantakan.

Ya, kegalauan yang ku hadapi berat sekali, setidaknya untuk porsi ku. Sebuah hantaman keras menyerang mental ku yang belum siap. Aku sempoyongan, hampir menyerah dengan semuanya. Mungkin lain kali akan ku bahas khusus dalam satu postingan tentang cara ku bangkit dari keterpurukan.

Sekarang aku coba berdamai dengan keadaan, mulai menerapkan prinsip mindfulness dan semua self healing yang bisa ku lakukan.

Kali ini, hanya ini yang dapat ku tulis setelah lama tak menulis. Melemaskan frasa yang mulai kaku karena lama tak berlaku. Sampai jumpa.