5 Manfaat Membacakan Buku Pada Anak


Sebelumnya aku pengen puasa beli buku mengingat rak buku di rumah sudah penuh. Beberapa bahkan masih ada yang belum terbaca. Tapi setelah punya anak, keinginan tersebut ku urungkan.

Aku rutin membeli buku lagi, bukan untuk ku melainkan untuk Hanan. Sebab kegiatan membacakan buku pada anak memiliki segudang manfaat. Mau tahu apa saja? Simak sampai selesai ya..

  1. Mengasah kemampuan berbahasa dan menumbuhkan minat membaca

Otak anak terutama bayi sedang dalam fase menyerap apapun yang didengar dan dilihatnya. Maka dengan rutin membacakan buku pada anak bisa mengasah kemampuannya dalam berbahasa. Moms bisa juga membacakan buku dengan bahasa selain bahasa indonesia supaya anak kenal dengan beragam bahasa sejak dini.

Manfaat lainnya ialah memperkaya kosakata baru, meningkatkan kemampuan memahami dan menggunakan struktur kalimat yang lebih kompleks, sehingga menumbuhkan minat membaca.

Otak anak yang sudah terbiasa menyerap ragam informasi baru membuat rasa ingin tahunya tinggi dan semangat dalam belajar banyak hal.

  1. Merangsang fungsi otak dan kognitif

Membacakan buku menjadi kegiatan yang membuat anak fokus pada gambar di buku dan suara Moms, sehingga membuat konsentrasinya meningkat. Ini memungkinkan otak untuk membangun dan memperkuat koneksi antar saraf yang membuat otak anak berkembang. Otak yang berkembang membuat anak berpikir lebih kritis dan kreatif, meningkatkan daya ingat dan kemampuan memecahkan masalah.

  1. Mengembangkan imajinasi dan kreativitas

Membacakan buku pada anak seperti membukakan dunia baru bagi mereka melalui imajinasi yang mereka bangun. Hal jni menjadi kesempatan bagi anak untuk bebas berkreasi dan berekspresi, juga meningkatkan kemampuan anak untuk berpikir imajinatif dan abstrak. 

  1. Menjalin hubungan yang kuat antara orang tua dan anak

Tentu saja momen membacakan buku pada anak ini dapat membangun bonding kedekatan yang hangat antara orang tua dan anak, serta bisa menjadi kesempatan untuk orang tua menanamkan nilai-nilai kehidupan dan moral dalam berperilaku kepada anak.

  1. Meningkatkan kecerdasan emosional

Dengan membacakan buku, anak dikenalkan dengan beragam emosi sehingga membantunya pula untuk memahami perasaan dan emosi orang lain. Selain itu keterampilan dalam sosial dan komunikasinya juga bisa berkembang.


Untuk memaksimalkan manfaat membacakan buku kepada anak, ada beberapa hal yang bisa Moms perhatikan, yaitu:

  1. Pilihlah buku yang sesuai dengan usia dan minat anak.

  2. Gunakan suara yang ekspresif dan intonasi yang menarik saat membaca.

  3. Berhentilah sejenak untuk bertanya kepada anak tentang pemahaman mereka terhadap cerita.

  4. Biarkan anak berinteraksi dengan buku, seperti menunjuk gambar atau menirukan suara karakter.

  5. Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang untuk membaca.

Ternyata banyak juga ya manfaat membacakan buku pada anak. Setelah ini mulai sediakan waktu untuk membacakan buku pada anak ya, Moms.

Cara Mengatasi Rasa Takut ke Dokter Gigi


Beberapa bulan lalu aku ke dokter gigi untuk mencabut sisa akar gigi yang sudah sangat menganggu. Nggak nyaman banget kalau makan, ada rasa nyeri dari mencuatnya sisa akar gigi yang cukup tajam itu.

Sempat maju mundur pengen dicabut atau nggak, soalnya aku belum pernah ke dokter gigi sama sekali. Bayangan tentang alat-alat kedokteran yang nggak familiar dan rasa sakit disuntik anestesi bikin nyali ku menciut. Tapi jika dibiarkan, aku nggak bisa makan dengan nyaman. Pilihan ku hanya dua, memelihara ketidaknyamanan ini atau melawan rasa takut untuk menemui rasa sakit yang mengakhiri semuanya. Aku pun memilih pilihan kedua.


Pilihan yang tepat sebab proses pencabutan akar gigi ku nggak sampai 10 menit. Menurut ku, proses yang memakan waktu justru saat menunggu rasa kebas tanda anestesi bekerja. Saat gusi diobok-obok juga terasa sih, tapi biasa aja. Nggak sakit atau kayak gimana-gimana. Setelah efek anestesinya hilang baru terasa perih, cekat-cekit khas luka menganga. Namun masih bisa diatasi dengan minum obat pereda nyeri dari dokter. Selebihnya, ke dokter gigi tidak semengerikan itu.


Mungkin penyebab ke dokter gigi jadi terasa menakutkan karena sedari kecil kita sering ditakut-takuti seperti, "hayoo sikat giginya, nanti dicabut sama dokter gigi loh!"


Huhu kalau sudah dibilang gitu, ke dokter gigi terasa jadi mengerikan. Untuk itu, aku akan memberikan tips cara mengatasi rasa takut ke dokter gigi berdasarkan pengalaman ku ya.. simak sampai selesai.


  1. Cari tahu lebih dalam tentang klinik atau dokter gigi yang akan menangani masalah gigi kalian

Setelah memutuskan ingin cabut gigi, aku riset sana-sini mengenai dokter gigi yang akan jadi pilihan ku untuk mencabut gigi. Riset ini ku lakukan dengan bertanya-tanya pada teman/keluarga yang pernah punya pengalaman cabut gigi. Selain itu bertanya tentang kisaran harga supaya bisa mempersiapkan budget untuk mencabut gigi.


source : pexels.com

Jika sudah dirasa ketemu beberapa pilihan, aku meyakinkan hati lagi dengan kepoin akun sosial medianya. Aku melihat-lihat testimoni dari pasien lain yang pernah kesana atau ragam masalah gigi yang pernah ditangani oleh dokter tersebut. Siapa tahu ada yang keluhannya sama dengan ku kan.


Aku memang suka ngepoin akun sosial media suatu layanan/tempat sebelum berkunjung, untuk mencari tahu pengalaman orang-orang saat kesana. Kalau menyenangkan atau banyak yang pernah kesana kan, pasti aku akan kesana juga. Ibaratnya, sosial media itu etalase yang menjadi penentu sebelum kita memutuskan memilih untuk kesitu atau nggak. So, aku nggak pernah melewatkan ini.


  1. Ubah mindset 

Efek sering ditakut-takuti ‘kalau nggak sikat gigi nanti giginya dicabut dokter gigi’ itu memang menjadi momok yang mengerikan dan terbawa hingga dewasa. Makanya penting untuk mengubah mindset kita yang sudah terpengaruh statement tersebut.


Jujur aku pun awalnya takut ke dokter gigi, sehingga sering menunda-nunda untuk menangani permasalahan gigi ku. Kalau pun sakit gigi kan, masih bisa ditolong dengan minum obat sakit gigi. Jadi ngapain ke dokter gigi?


Namun saat gigi ku kemaren hanya sisa akar dan akar tersebut runcing rasanya mengganggu sekali. Sisa akar gigi yang sudah membusuk itu pun memberi masalah baru pada gusi, sehingga membuat gusi ku bengkak dan sering sakit. Ditambah lagi saat makan, rasanya nggak enak sekali.


Sampai aku merubah pikiran ku kalau lebih baik menahan sakit dicabut gigi, daripada menahan sakit gigi dan gusi yang mengganggu aktivitas makan. Sejak berpikiran seperti itu, aku menjadi lebih berani ke dokter gigi.


  1. Take action, lawan rasa takut

Takut. Takut. Takut.

Takut nggak akan ada habisnya. Takut hanya akan hilang jika kita menghadapinya. Makanya tips pertama yang bisa ku berikan adalah meriset dulu dokter gigi yang akan menangani gigi kita supaya lebih tahu bagaimana cara ia menangani pasien dan track recordnya. Tak kenal maka tak sayang kan?

Kalau kita sudah meriset, rasa takut bisa berkurang karena kita percaya dengan kompetensi dokter gigi tersebut. Kita pun jadi bisa lebih tenang dan berani menghadapinya.


Itu dia tiga cara mengatasi rasa takut ke dokter gigi. Cukup tiga langkah, tapi jika dilakukan pasti ada hasilnya. Selamat mencoba!


Cara Mengatasi Bayi Mogok Menyusu Setelah Imunisasi


Aku pernah mengalami bayi mogok menyusu setelah imunisasi DPT, yang bikin demam. Pas imunisasi DPT pertama di usia dua bulan masih nggak apa-apa, menyusunya malah kuat makanya demamnya juga lekas pulih. Dibantu paracetamol juga sih, tapi hanya diminum sekali. Besoknya udah balik ceria lagi.


Imunisasi DPT kedua ini yang bikin aku galau, sebab dia kurang mau menyusu, sekalinya mau pun sebentar banget dan lebih rewel. Nggak tega lihat Hanan nangis terus. Disusuin juga dianya nolak. Maunya dipeluk dan digendong terus. Kalau begini, gimana pulihnya? Duh, emak bingung.


Aku pun mencoba layanan konsultasi menyusui bersama konselor ASI dari Mamabear via WA. Gratis. Oh iya, Mamabear itu adalah brand produk suplemen menyusui (asi booster). Suplemennya bukan yang pil atau obat-obatan gitu kok, melainkan teh, susu almond dan soya, juga cemilan menyusui. Busui pasti perlu nih, karena sering laper kan. Aku udah beli beberapa produknya. Rasanya enak dan ngefek sih di aku. Bikin asi jadi melimpah.


Setelah mencoba berkonsultasi dengan konselornya, aku pun mendapatkan pencerahan bahwa memang begitu respon bayi kalau di tubuhnya ada yang kurang nyaman. Apalagi masih demam juga, badannya pasti berasa nyeri. Cuma bayi kan belum bisa ngomong ya, jadi bentuk komunikasinya dengan nangis. Terus usaha apa yang bisa aku lakukan untuk menemani Hanan dimasa-masa seperti itu? Simak sampai selesai ya.


Perbanyak Skin to Skin

Saran dari konselor ini langsung ku praktekkan. Sambil digendong, aku skin to skin ke Hanan. Hasilnya bikin aku keringetan karena menyerap panas tubuhnya Hanan itu kali ya. Pas Hanan sudah tenang, aku coba susuin dan berhasil.


Skin to skin ini sederhana tapi berefek. Aku yang saat itu panik dengan keadaan Hanan menangis dan nggak mau direbahkan, seketika jadi merasa lega. Nggak ada yang lebih melegakan dari Hanan yang mau menyusu.


Butuh proses skin to skin kurang lebih 10-15 menit sampai Hanan tenang. Kuncinya sabar aja dalam menghadapinya.


Jangan Menyerah Untuk Menawarkan Nen Pada Bayi

Saran kedua yang diberikan adalah untuk jangan menyerah menawarkan nen pada bayi. Proses ini perlu kesabaran lebih ekstra, sebab ditolak saat mau nyusuin itu rasanya nyesss banget. Nggak tahu kenapa aku langsung berasa useless. Emaknya baper sendiri.


Pengen marah dan kesal tapi ini bayi. Aku bisa apa selain sabar dan pantang menyerah. Disini peran suami penting banget. Aku yang mulai kesal, ditenangin lagi sama suami. Aku nganggapnya, suami membahasakan tingkah laku si bayi. Terpenting dia selalu ngingetin untuk aku supaya jangan menyerah. Hasilnya Hanan mau menyusu dengan lahap malam itu. Terima kasih pak suami.


Ulangi. Ulangi. Ulangi.

Dua cara diatas ku ulangi terus sampai intensitas menyusui Hanan kembali seperti biasa dan demamnya turun. Disini paracetamol tetap berperan membantu turunnya demam Hanan.


Sabar dan Pantang Menyerah Adalah Kunci

Pada akhirnya hari itu aku diajarkan untuk bersabar dan nggak menyerah dalam menghadapi tingkah laku bayi. Kalau lagi anteng aja, gemes dan lucunya nggak ketulungan. Tapi memang begitulah punya anak ya, apalagi anak pertama jadi pengajar buat orang tuanya. Semoga kami selalu ingat dengan rasa syukur di hari pertama kehadiran mu ya, Nak, supaya kami bisa menjaga mu terus dengan lebih baik.