Serba-serbi Tradisi Ramadhan

 


Bulan Ramadhan selalu disambut dengan sukacita, bahkan dari beberapa bulan sebelumnya. Dalam Islam pun memang dianjurkan memperbanyak ibadah puasa sunah, sedekah dan membaca Al-Qur'an dari bulan Rajab agar saat bertemu bulan Ramadhan, mental kita dalam beribadah semakin siap dan terbiasa menjalaninya.


Momen sukacita di bulan Ramadhan melahirkan ragam tradisi yang dengan sendirinya menjadi kebiasaan masyarakat dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan supaya lebih bermakna. Apa saja serba-serbi tradisi yang umum selama Ramadhan? Simak sampai selesai.


  1. Gotong Royong Membersihkan Masjid

Di tempat ku mulai dari H-3 sebelum Ramadhan, masyarakat sudah mulai bergotong royong membersihkan masjid atau surau setempat sebagai persiapan untuk kegiatan Ramadhan nanti. Contohnya shalat tarawih berjamaah dan tadarus Al-Qur'an.

Aku belum pernah ikut gotong royong sih, karena ini biasanya bapak-bapak yang turun tangan.


  1. Ziarah ke Makam Keluarga

Ziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal atau nyekar lah istilahnya, biasa dilakukan sebelum Ramadhan, menjelang hari raya atau setelah shalat ied. Yang dilakukan saat nyekar biasanya membaca doa, menabur bunga, membersihkan makam dari beberapa rumput liar, atau kalau ketemu sanak keluarga lain jadi bisa sekalian bersalaman hari raya. Jadi ajang silaturahmi dadakan ceunah.


  1. Belanja Kebutuhan Ramadhan

Entah kenapa kalau mau menyambut Ramadhan keinginan belanja kebutuhan dapur buat Ramadhan jadi meningkat. Selain itu perubahan jam makan membuat stok makanan di rumah juga berubah. Aku sih, jadi lebih pengen belanja bahan makanan yang menunjang kemudahan ku dalam menyiapkan menu sahur dan berbuka. Karena selama Ramadhan, membuat menu yang praktis adalah kunci.


  1. Malam Tanglong

Di Kalimantan Selatan biasanya ada event Malam Tanglong di minggu-minggu akhir bulan Ramadhan. Di Tabalong sendiri malam tanglong diisi dengan pawai yang menampilkan beragam kreasi yang diikuti pemuda dari berbagai desa dan kecamatan.

Di Tabalong juga ada lomba bagarakan sahur atau batalintingan. Diadakannya malam juga, tapi bukan saat sahur seperti namanya. Lomba batalintingan ini merupakan lomba memainkan musik dan bernyanyi menggunakan alat dan bahan seadanya dan dibuat sekreatif mungkin. Kebetulan kelurahan asal suami ku selalu menang lomba batalintingan yang diadakan setiao tahunnya. Memang layak menang sih mereka. Selain properti yang digunakan dari barang bekas yang disulap jadi alat musik, lagu dan harmoni yang dibawakan juga selaras dengan alat musiknya. Jadi ya asik dan semangat dengernya.


Sekian cerita serba-serbi tradisi Ramadhan. Semoga kita semua bisa bertemu dengan Ramadhan tahun berikutnya dengan anggota keluarga yang lengkap ya. Aamiin.


Di tempat kalian, ada tradisi apa selama Ramadhan atau saat menyambut Ramadhan?

Berbagi Takjil, Berkah Untuk Semua

 


Aku belum pernah sama sekali ikut kegiatan sosial saat ramadan. Tapi sebagai orang yang merasakan dampak dari kegiatan sosial tersebut, jujur aku senang sekali. Ceritanya begini.


Ramadhan, 2022.

Sepulang bekerja pukul 5 sore, rasanya capek dan lemas. Kerjaan di kantor hari ini banyak yang menguras otak, meskipun fisik nggak terlalu bekerja tapi pikiran ku nggak berhenti berpikir.


Ini ramadhan pertama ku sebagai seorang istri. Tentu sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang mana dulu aku cuma setor uang ke mama dan semua kebutuhan makan untuk berbuka dan sahur tersedia. Beda sekali ketika sudah menikah, kali ini aku yang dikasih setoran dan aku yang mikir “nanti mau makan menu apalagi ya? Beli es nggak ya? Beli takjil nggak ya? Eh tapi uangnya cukup nggak ya kalau beli itu semua?”


Sepanjang jalan aku terus bergumam, memutuskan pilihan mana yang mau dipilih. Mumpung masih diluar nih, nanti kalau sampai rumah males banget keluar lagi. Pertimbangan ku banyak banget, karena meskipun cuma hidup berdua kalau beli semua setiap hari kan rungkat juga. Wkwkwk


Ditengah kebengongan ku di lampu merah, ada semacam organisasi dari apa ya. Aku lupa. Mereka membagi-bagikan takjil dengan es melon serut dan kue didalamnya. Alhamdulillah, ucap ku refleks dalam hati.


Kegiatan sosial bagi-bagi takjil kayak gini berkah banget untuk semua. Yang berbagi dapat limpahan pahala karena bikin orang senang dikasih kudapan untuk berbuka puasa. Masya Allah.. Bulan Ramadhan memang membawa berkah untuk semua. Semoga kegiatan berbagi takjil ini bisa terus ada dan dilestarikan biar indahnya Ramadhan bisa turut dirasakan semua orang. Sekian cerita dari aku.


Kalau kalian, pernah kebagian takjil gratis juga nggak? Atau jadi orang yang membagikan? Cerita yuk, di kolom komentar!

Tentang Mudik Lebaran


Nggak kerasa sudah hampir di penghujung Ramadhan, sehingga tema challenge Ramadhan kali ini tentang mudik lebaran. Jujur aku agak bingung mau menulis apa dari tema mudik ini, soalnya seumur-umur aku belum pernah mudik ke kampung halaman.


Lahir, besar, bekerja dan punya suami orang sini membuat ku nggak tahu gimana rasanya merantau. Dulu saat hampir putus asa nggak dapat pekerjaan aku sempat kepikiran ingin merantau. Baru mengutarakan pikiran, mama ku sudah overthinking takut aku kenapa-kenapa di tanah rantau. Bahkan saat memilih calon suami pun, mama ku sudah mewanti-wanti kalau nggak pengen punya menantu orang jauh. Alhamdulillahnya dapat yang diinginkan.


Tadinya untuk tema mudik lebaran ingin aku isi dengan tips mudik bersama bayi, tapi setelah dipikir-pikir aku takut tulisannya nggak make sense. Lha wong aku belum pernah ngerasain menempuh perjalanan bersama bayi.


Perjalanan terjauh ku bersama Hanan cuma ke rumah nenek Hanan (mama mertua) di kabupaten sebelah yang waktu tempuhnya cuma 1 jam. Nah lebaran nanti rencananya mau kesana, biar kayak ada yang didatengin juga heheheh.


Tapi silaturahmi ini kadang bikin overthinking juga, terlebih setelah punya bayi. Takut banget nanti Hanan disuapin makanan macam-macam. Nenek yang disini (mama ku) aja nggak hentinya aku edukasi terus biar nggak sembarangan ngasih makanan ke Hanan.


Aku sempat trust issue terkait hal ini, soalnya saat kunjungan ke rumah nenek beberapa bulan lalu. Saat Hanan masih 8 bulan, ada nenek tante yang coba cemilin es krim ke Hanan. Kasian katanya dia cuma ngeliatin aja, sementara yang lain asik makan es krim. Aku marah dong, tapi apalah daya nggak bisa yang marah banget. Ini bukan wilayah ku. Disini pola asuh jaman dulu juga masih kental. Tipikal yang kalau ditegur jawabnya pasti, “lah kamu dulu dikasih makan ini nggak apa-apa kok, sekarang aja trennya macam-macam.”


Kesal.


Setelah hari itu, aku jadi lebih mengawasi Hanan. Takut banget nanti dia disuapin macam-macam lagi. Perbedaan pola asuh yang dianut kadang bikin pusing. Padahal ada opsi untuk menghargai keputusan yang ada, tapi karena ego dan situasi yang mendukung membuat salah satu merasa lebih baik. Aku jadi serba salah.


Sekarang yang bisa aku lakukan cuma komunikasi pelan-pelan tentang aturan yang aku buat dan alasan kenapa jadi ada aturan tersebut. Harapan ku semoga bisa diterima dengan baik kalau dikasih tahu kayak gini, daripada langsung ditegur kan yak. Takutnya dibilang nggak sopan.


Kalau setelah melakukan hal tersebut masih dikomentarin yang aneh-aneh, yaudah lah aku bodo amat aja. Toh, aku nggak bisa membahagiakan hati semua orang. Kayak kata salah seorang teman blogger pas aku curhatin masalah ini, “anak ku tanggung jawab ku, jadi ikuti aturan ku.”


Bener sih, soalnya kalau kenapa-kenapa yang repot pasti emaknya. Syukur-syukur nggak disalahin juga kalau si anak ada apa-apa.


Eh ini kok jadi malah keluar curahan hati emak. Udah keluar jalur ini, tadinya kan mau cerita tentang mudik wkwkwk. Sebelum semakin jauh, aku sudahi dulu tulisan ini ya. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik dan selamat mudik buat yang mau mudik. Semoga selamat sampai tujuan.